"Mungkin keretanya terlambat karena ada perubahan jadwal," ibu Najib menenangkan putra tunggalnya yang duduk di kelas III SD.
Tak lama kemudian kereta yang ditunggu pun tiba. Najib dan ibunya berdiri di pinggir peron sambil melihat ke setiap gerbong. "Itu Ayah, Bu!" seru Najib sambil menunjuk ke pria tinggi besar yang berseragam anggota Brimob. Mereka segera menghampiri pria yang menggendong ransel besar itu.
"Kok, lama sekali, Yah," tanya Ibu.
"lya Tadi di Stasiun Cirebon keretanya berhenti cukup lama. Ada rel rusak yang harus diperbaiki dulu," jawab Ayah sambil menggendong Najib dan menciumnya.
"Kenapa relnya bisa rusak, Yah?" tanya Najib heran.
"Mungkin karena sudah terlalu tua. Atau ada orang iseng yang mengambili batu-batu di bantalan rel. Sehingga lama-kelamaan rel menjadi anjiok dan berbahaya untuk dilewati kereta," jawab Ayah. "Bagaimana sekolahmu, Jib? Dapat rangking apa, tidak?" tanya Ayah sambil menurunkan Najib dari gendongannya.
"Rangking tiga, Ayah," jawab Najib angga.
"Hebat. Kamu mau hadiah apa, Jib?" tanya Ayah.
"Najib mau nonton pertandingan final sepakbola, Yah," jawab Najib, sambil mereka melangkah keluar dari stasiun.
Setibanya di rumah, ayah Najib merapikan peralatannya.
"Apa itu Yah?" tanya Najib.
"Ini namanya kekeran. Gunanya untuk melihat benda atau musuh dari kejauhan," Pak Budi menerangkan. Najib mengambil dan mencobanya.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR