Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.
Nah, hari ini ada dongeng anak yang berjudul Kekeran.
Jangan lupa untuk membaca dongeng atau minta orang tuamu untuk mendongeng untukmu, ya!
Baca Juga: Mengenal Kraken, Makhluk Mitologi Raksasa yang Ditakuti Para Pelaut #MendongenguntukCerdas
-----------------------------
Ayah Najib bernama Pak Budi. Beliau seorang Perwira Polisi yang pernah mendapat penghargaan atas keberaniannya selama bertugas. Terakhir Pak Budi dikirim ke Ambon yang sedang dilanda kerusuhan.
"Sebagai tentara, Ayah harus siap ditugaskan kapanpun dan di mana pun," begitu kata Pak Budi pada Najib saat akan bertugas ke Ambon. Namun, walau mereka tidak bertemu selama 6 bulan, seminggu sekali ayah Najib menelepon Najib dan ibunya.
Kemarin sore Pak Budi menelepon. Ia memberitahu bahwa masa bertugasnya Sudah selesai. Pasukannya akan digantikan oleh pasukan dari Jakarta. Najib dan ibunya diminta menunggu di Stasiun Gambir jam 07.00 pagi.
Dari Ambon, ayah Najib naik kapal laut TNI AL ke Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan kereta api ke Jakarta.
"Mana Ayah, Bu? Jangan-jangan Ayah tidak jadi pulang," keluh Najib setelah hampir satu jam mereka menunggu di stasiun Gambir.
"Mungkin keretanya terlambat karena ada perubahan jadwal," ibu Najib menenangkan putra tunggalnya yang duduk di kelas III SD.
Tak lama kemudian kereta yang ditunggu pun tiba. Najib dan ibunya berdiri di pinggir peron sambil melihat ke setiap gerbong. "Itu Ayah, Bu!" seru Najib sambil menunjuk ke pria tinggi besar yang berseragam anggota Brimob. Mereka segera menghampiri pria yang menggendong ransel besar itu.
"Kok, lama sekali, Yah," tanya Ibu.
"lya Tadi di Stasiun Cirebon keretanya berhenti cukup lama. Ada rel rusak yang harus diperbaiki dulu," jawab Ayah sambil menggendong Najib dan menciumnya.
"Kenapa relnya bisa rusak, Yah?" tanya Najib heran.
"Mungkin karena sudah terlalu tua. Atau ada orang iseng yang mengambili batu-batu di bantalan rel. Sehingga lama-kelamaan rel menjadi anjiok dan berbahaya untuk dilewati kereta," jawab Ayah. "Bagaimana sekolahmu, Jib? Dapat rangking apa, tidak?" tanya Ayah sambil menurunkan Najib dari gendongannya.
"Rangking tiga, Ayah," jawab Najib angga.
"Hebat. Kamu mau hadiah apa, Jib?" tanya Ayah.
"Najib mau nonton pertandingan final sepakbola, Yah," jawab Najib, sambil mereka melangkah keluar dari stasiun.
Setibanya di rumah, ayah Najib merapikan peralatannya.
"Apa itu Yah?" tanya Najib.
"Ini namanya kekeran. Gunanya untuk melihat benda atau musuh dari kejauhan," Pak Budi menerangkan. Najib mengambil dan mencobanya.
"Wah, muka Ayah besar sekali"
"Ini memang alat untuk melihat dari jarak jauh"
"Kalau begitu, boleh dibawa uhtuk nonton pertandingan sepak bola nanti, Yah?" tanya Najib sambil terus-mengeker benda-benda di dalam rumah.
"Boleh. Supaya kamu bisa lebih jelas melihat pemain bola favoritmu," jawab Ayah percanda.
"Benar, sudah lama Najib ingin melihat wajah asli Ronaldo."
"Husss! Itu pemain bola luar negeri," kata Ayah sambil tertawa. Najib tersenyum senang, pancingannya berhasil.
Akhirnya hari Minggu yang ditunggu-tunggu Najib tiba. Ya, hari itu ia dan ayahnya akan menonton pertandingan sepakbola. Pagi-pagi sekali Najib sudah bangun dan mandi. Ia takut terlambat sampai di Stadion Utama Senayan, tempat pertandingan itu berlangsung nanti.
Najib dan ayahnya akhirnya tiba di stadion. Di dalam, sudah banyak orang duduk dan bergerombol sesuai dengan tim favoritnya masing-masing. Pertandingan pun mulai.
"Mana kekerannya, Yah?" Tanya Najib penasaran. Tim andalannya sedang membawa bola dan mengiringnya ke depan gawang lawan. Najib meraih kekeran yang disodorkan ayahnya. Lalu mulai mengeker.
"Ya, payah! Masa bola sudah di depan gawang, masih tidak masuk!"
"Kalau cuma nonton, memang kelihatan gampang. Tapi coba kalau kamu yang main, belum tentu bisa dapat bola," sahut Ayah menasihati. Najib hanya tersenyum mendengar sindiran ayahnya. Ia terus memainkan kekerannya ke segala penjuru. Termasuk ke arah penonton di bawahnya.
“Wah! Itu kan si Agus," kata Najib kaget. Ternyata di kelas VIP, ada Agus, teman sekelasnya. Namun jarak Agus cukup jauh. Tak mungkin ia mendengar panggilan walau Najib berteriak. Dan, ah, tiba-tiba Najib mendapat akal. Ia mengarahkan kekeran ke wajah temannya itu. Wajah Agus kini tampak dekat sekali.
Lalu, "Hei, Agus! Sombong sekali! Kupanggil, tidak menyahut!" Najib setengah berbisik. Pak Budi tertawa terbahak-bahak melihat tingkah anaknya.
"Aduh, Jib! Mana mungkin temanmu bisa dengar. Kamu teriak kencang saja, dia tidak dengar. Apalagi berbisik."
"Tapi kata Ayah, kalau memakai kekeran, kita bisa melihat yang jauh menjadi dekat. Najib kan berbisik pas di telinga Agus!" jawab Najib.
"Memang. Yang jauh bisa kelihatan jadi dekat, yang kecil bisa jadi besar. Itu karena di dalam teropong ini, ada semacam kaca pembesar. Kaca itu membuat jarak pandang kita jadi lebih jauh. Tapi, kekeran atau teropong ini gunanya hanya untuk melihat. Tidak bisa untuk berbicara dengan orang yang jauh jaraknya," sambung Pak Budi menjelaskan.
Baca Juga: Komodo Dianggap sebagai Naga dari Negeri Dongeng, Mengapa Bisa Begitu? #MendongenguntukCerdas
"Oh....begitu. Pantas Agus tidak menengok-nengok waktu dipanggil," sambung Najib sambil tersenyum malu. Apalagi orang di sebelahnya ikut tertawa.
"Dik, boleh pinjam kekerannya, tidak?" tanya pemuda itu. "Buat apa, Mas?" Najib balik bertanya.
"Buat kasih tahu ke kiper tim biru. Supaya jangan duduk terus. Nanti kalau ada tendangan bola jarak jauh, bagaimana?" ledek pria itu. Pak Budi dan yang lainnya ikut tertawa. Semakin merahlah wajah Najib menahan malu.
Cerita oleh: Hadi Pranoto
#MendongenguntukCerdas #JagoanMendongeng
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR