Namun, hasil sampel air yang dibawa ke laboratorium ternyata menunjukkan hasil negatif, yang berarti penyakit tersebut bukan disebabkan oleh kolera.
Selanjutnya, WHO pun menyimpulkan penyakit ini adalah akibat dari dampak banjir yang dialami oleh Sudan Selatan pada 2021.
Hal ini karena, wilayah Fangak juga terdampak dan menyebabkan meningkatnya berbagai penyakit endemik, seperti malaria dan diare akut.
Banjir ekstrem yang menyerang Sudan Selatan pada tahun ini adalah bencana alam terburuk dalam 60 tahun terakhir.
Akibat banjir ini pula, menyebabkan 200.000 orang harus mengungsi dari rumah mereka.
Baca Juga: Mulai dari Flu Hingga Emfisema, Ini 5 Penyakit yang Serang Sistem Pernapasan dan Perlu Diwaspadai
Sedangkan, menurut kelompok bantuan kemanusiaan Medecins Sans Frontires (MSF) atau Doctors Without Borders, menyatakan kalau banjir ini menimbulkan potensi munculnya wabah penyakit.
Menurut pengamatan mereka, orang-orang tidak mempunyai cukup air atau pilihan untuk menyimpan air, serta tempat membuang sampah yang benar.
Sementara, hewan-hewan yang mati akibat banjir seperti kambing dan anjing dibiarkan di saluran air.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR