Bobo.id - Keragaman budaya di Indonesia sangat bermacam-macam. Salah satu bentuk warisan budaya adalah permainan tradisional yang dimiliki setiap daerah di Indonesia.
Bahkan, saking banyaknya budaya di Indonesia, jumlah permainan tradisional di Indonesia ini bisa mencapai ratusan, lo, teman-teman.
Dilaporkan dari data statistik kebudayaan pada 2017, diperkirakan ada 785 jenis permainan tradisional di Indonesia. Banyak sekali, bukan?
Namun sayangnya, di era teknologi dan informasi seperti saat ini, permainan tradisional mulai tergantikan dengan permainan di perangkat elektronik.
Padahal, permainan tradisional memiliki banyak manfaat positif bagi kita, lo.
Manfaat yang didapat antara lain adalah membuat tubuh sehat karena banyak bergerak, mengembangkan potensi diri melalui kegiatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga.
Selain itu, permainan tradisional juga mengandung nilai karakter yang baik, seperti nilai religiusitas (keyakinan), nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan nilai kejujuran. Permainan tradisional ini berguna untuk membentuk karakter pelajar yang baik.
Menurut Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, pada Jumat 4 Maret 2022, berikut ini ada 3 permainan tradisional yang dapat membentuk karakter pelajar. Apakah teman-teman pernah memainkannya?
1. Gobak Sodor
Baca Juga: Jadi Mainan Tradisional di Banyak Negara, Ini Sejarah Yoyo Permainan yang Mendunia
Gobak Sodor merupakan salah satu permainan tradisional dari Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Saat ini, permainan tradisional gobak sodor sudah jarang sekali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di kalangan anak-anak.
Peserta permainan gobak sodor umumnya berusia antara 10-15 tahun. Permainan gobak sodor memerlukan tempat atau arena yang cukup luas, seperti halaman rumah maupun sekolah.
Sedangkan arena permainan berbentuk persegi panjang yang kemudian dibagi menjadi beberapa bujur sangkar.
Manfaat permainan gobak sodor antara lain sebagai:
- Sarana olahraga;
- Melatih bertanggung jawab pada diri maupun kelompoknya;
- Belajar bekerja sama dengan orang lain.
2. Patil Lele
Permainan tradisional patil lele adalah salah satu permainan tradisional dari Jawa Timur yang dimainkan oleh anak-anak dengan menggunakan tongkat kayu.
Dalam permainan patil lele, terdapat dua buah tongkat. Tongkat yang pertama sebagai tongkat pemukul dan tongkat kedua sebagai tongkat yang dipukul.
Permainan ini dilakukan secara berkelompok, biasanya sebelum bermain, anak-anak akan melakukan hompimpa untuk menentukan kelompok mana yang lebih dahulu memukul tongkat.
Untuk menentukan pemenang dalam permainan ini adalah dengan mengukur jarak kayu dari asal pemukul ke tempat tongkat terlempar.
Dengan memainkan permainan ini, siswa dapat:
- Melatih insting dan ketepatan dalam bertindak;
- Melatih kekompakan bekerja sama dalam tim;
- Melatih kesabaran;
- Melatih rasa sportivitas dalam pergaulan.
Baca Juga: 4 Permainan Tradisional untuk Mengisi Waktu Luang, Materi Penjasorkes Kelas 3 SD
3. Tepa Tonggo
Tepa tonggo adalah permainan rakyat tradisional yang berasal dari Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara. Tepa Tonggo terdiri dari dua kata yaitu tepa dan tonggo. Tepa artinya sepak atau tending, dan tonggo artinya jongkok.
Jadi tepa tonggo adalah permainan menendang dan berjongkok. Permainan Tepa Tonggo ini mulanya bersifat perorangan.
Selanjutnya permainan ini berkembang menjadi permainan kelompok. Pemain akan menendang sambil memegang lututnya dengan sikap bebas tetapi duduk jongkok dan tangan sebelahnya di tekuk (menyanggah tanah).
Permainan tradisional tepa tonggo bermanfaat untuk:
- Mempertahankan kebugaran tubuh;
- Meningkatkan kesehatan jasmani:
- Melatih kelincahan, kesigapan dan keluwesan tubuh.
Itulah tiga permainan yang bisa membentuk karakter baik pada pelajar. Apakah teman-teman pernah memainkannya?
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,kemendikbud.go.id |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR