Bobo.id - Stasiun Gambir dikabarkan akan pensiun atau tutup.
Kabar ini segera disanggah oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui juru bicaranya, Bu Adita Irawati.
Bu Adita menyatakan kalau Stasiun Gambir masih beroperasi dan melayani perjalanan kereta api jarak jauh.
Alih-alih ditutup, ternyata Stasiun Gambir akan dialihfungsikan, teman-teman.
Jika sebelumnya Stasiun Gambir melayani rute kereta jarak jauh, nantinya akan menjadi stasiun KRL.
Sedangkan untuk kereta api jarak jauh kedepannya akan berpusat di Stasiun Manggarai.
Rencana ini ternyata mengundang perhatian masyarakat. Banyak yang merasa Stasiun Gambir adalah ikon stasiun kereta api di ibu kota.
Ternyata, Stasiun Gambir memang memiliki kiprah yang panjang dalam dunia kereta api Indonesia, lo.
Simak sejarah Stasiun Gambir di sini, yuk!
Baca Juga: Ramai Dibicarakan, Apa Benar Stasiun Gambir Akan Ditutup? Begini Penjelasan Kemenhub
Halte Koningsplein
Ide awal dibangunnya jalur kerta api di Batavia (Jakarta) muncul di tahun 1846.
Saat itu, J. J. Rochussen selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda memberi usul pada pemerintah untuk membangun jalur kerta api Jakarta - Bogor.
Pada awalnya pembangunan jalur kereta api diprioritaskan untuk kepentingan ekonomi, politik, dan komunikasi pemerintahan.
Dari kepentingan ekonomi, jalur kereta api dibutuhkan untuk mengangkut berbagai komoditas perkebunan dari pedalaman yang dikirim ke Jakarta.
Dari kepentingan politik, di Bogor terdapat Gedung Algemeene Secretarie (Istana Bogor) yang merupakan tempat kedudukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pusat administrasi pemerintahan.
Akhirnya saran ini diterima oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Kemudian diutuslah David Maarschalk untuk survei dan membuat rencana pemasangan jalur kereta api Jakarta - Bogor.
Setelah hampir dua dekade, ide pembangunan jalur kereta api di Jakarta akhirnya terwujud.
Tepatnya pada tahun 1864, perusahaan kereta api swasta, Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschapij (NISM) mendapatkan izin pembangunan berdasar surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Gouvernement atau GB) Nomor 1 tanggal 27 Maret 1864 dan Nomor 1 tnggal 19 Juni 1865 serta surat keputusan Raja Belanda (Koningklijk Besluit) tanggal 22 Juli 1868.
Baca Juga: Peraturan Baru, Calon Penumpang Kereta Api Tidak Perlu Tunjukkan Hasil Tes PCR/Antigen
Jumat, 15 Oktober 1869 dimulai pembukaan pembangunan jalur kereta api Jakarta - Bogor. Pembukaan ditandai melalui upacara yang dihadiri Gubernur Jenderal P. Myer.
Proyek sepanjang 56 km tersebut dipimpin oleh Ir. J. P. Bordes yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni Jakarta - Weltevreden, Weltevreden - Meester Cornelis, dan Meester Cornelis - Bogor.
Selain itu, dibangun juga jalur simpangan ke Meester Cornelis (Jatinegara) dan simpangan ke Kleine Boom (Pasar Ikan).
Pada 15 September 1871, NISM meresmikan jalur antara Batavia menuju Weltevreden (sekarang wilayah Jakarta Pusat) sepanjang 6 km. Di saat bersamaan, dibuka jalur simpang ke Pasar Ikan.
Sebagai tempat perhentian di Weltevreden, NISM membangun Halte Koningsplein sebuah bangunan kecil yang sederhana.
Penamaan Koningsplein karena semasa kolonial Belanda halte sederhana ini berada di tepi timur Koningsplein atau Lapangan Raja (Kawasan Silang Monas).
Lokasi halte ini strategis, dekat dengan kawasan perbelanjaan Noordwijk (daerah Juanda) dan Pasar Baru.
Dalam perkembangannya, NISM membangun sebuah perhentian baru di Weltvereden, yaitu Stasiun Weltevreden yang dibuka pada 4 Oktober 1884.
Stasiun ini terletak beberapa ratus meter arah utara dari Halte Koningspein.
Baca Juga: Naik Kereta Api, Anak Usia di Bawah 6 Tahun Wajib Pakai Masker Medis Tiga Lapis
Keberadaan Stasiun Weltevreden otomatis mengganti peranan Halte Koningsplein.
Stasiun baru ini memiliki atap besi yang ditopang tiang besi cor. Stasiun ini melayani perjalanan kereta jarak jauh seperti Bandung dan Surabaya.
Staatsspoorwegen Mengambil Alih
Di awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda merencanakan perbaikan kondisi perkeretaapian di Jakarta dan sekitarnya.
Namun hal ini terhalang karena sistem perkeretaapian di Jakarta sebagian dimiliki oleh pemerintah dan sebagian lagi dikelola oleh perusahaan swasta.
Sampai tahun 1900, pemerintah melalui perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) menjalankan kereta api lintas Jakarta - Bekasi - Karawang, Jakarta - Duri - Tangerang, dan Duri - Rangkasbitung.
Barulah pada tahun 1913 pemerintah mengambil alih jalur kereta api Jakarta - Bogor milik NISM.
Staatsspoorwegen akhirnya mulai memperbaiki kondisi perkeretaapian di Jakarta secara menyeluruh.
Salah satu agendanya adalah membangun jalur ganda dan membuat jalur kereta api layang yang menanjak dari Gondangdia melewati Weltevreden, melintas Sawah Besar jalur kereta api turun kembali.
Baca Juga: Mulai Hari Ini, Pemesanan Tiket Kereta Api Wajib Menggunakan NIK, Ini Penjelasan PT KAI
Karena keberadaan jalur layang inilah diperlukan adanya stasiun baru di Weltevreden.
Stasiun baru akan ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu operasional Stasiun Weltevreden selama tahap pembangunan.
Keseluruhan rencana itu disampaikan oleh kepala insinyur, Koc H dalam sambutannya tanggal 4 Agustus 1917.
Sayang, usulan pembangunan jalur kereta api layang yang disampaikan Koc H tidak terlaksana.
Sebagai gantinya, Stasiun Weltevreden diperbesar dan dirancang memiliki halaman depan yang lebih luas.
Pada tahun 1937, nama Stasiun Weltevreden diganti menjadi Stasiun Batavia Koningsplein.
Saat itu juga stasiun Batavia Koningsplein sudah mernjadi stasiun tersibuk di Hindia Belanda. Hampir seluruh kereta jarak jauh utama dan semua kereta ke Bogor singgah di stasiun ini.
Stasiun Batavia Koningsplein dikenal pula dengan Stasiun Gambir.
Nama Gambir digunakan karna pada saat itu masyarakat menyebut Koningsplein dengan Lapangan Gambir, konon kabarnya karena di lapangan itu tumbuh Pohon Gambir.
Baca Juga: Book Fair di Enam Stasiun Kereta Api di Pulau Jawa
Menjadi Stasiun Layang
Pada tahun 1976, Gubernur Jakarta Ali Sadikin dan Gubernur Jawa Barat Solihin GP melaksanakan kerja sama pembangunan Kawasan Jabotabek (Jakarta - Bogor - Tangerang - Bekasi).
Pengembangan Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek) diharapkan mampu menjadi pemukiman baru untuk menampung penduduk Jakarta yang sudah melebihi kapasitas.
Untuk menarik minat penduduk Jakarta menetap di Botabek, pemerintah meningkatkan layanan transportasi yang memadai sehingga penduduk tidak ragu untuk menetap di Botabek.
Pemerintah melalui Departemen Perhubungan Darat bersinergi dengan Jepang meningkatkan pelayanan transportasi di Jabotabek.
Salah satunya adalah proyek pembangunan jalur layang kereta api Jakarta - Manggarai.
Dalam pelaksanaan proyek jalan layang Jakarta - Manggarai Jepang menunjuk tim dari JICA (Japan International Cooperation Agency).
Rencana pembangunan tercatat dalam rencana induk kereta api Jabotabek tahun 1981.
Jalur layang sepanjang 8,5 kilometer akan dibangun 5,1 meter di atas permukaan tanah.
Baca Juga: Kereta Api di Indonesia Ini Ternyata Dinamakan Sesuai Nama Hewan Mitologi, Apa Saja?
Nantinya, jalur layang akan memiliki jalur ganda yang dilengkapi dengan elektrifikasi (daya dari listrik) dan sinyal otomatis sehingga KRL, KRD, dan kereta jarak jauh juga bisa melintas.
Sebagai tempat perhentian di jalur layang dibangun pula stasiun baru, termasuk Stasiun Gambir.
Pelaksanaan pembangunan Stasiun Gambir juga bersamaan dengan pembangunan jalur layang segmen B, dari Gondangdia sampai ke Jalan Ir. H. Juanda.
Pembangunan ditandai dengan pemancangan tiang pertama di segmen B, tepatnya di sebelah selatan Stasiun Gambir yang lama pada 17 Desember 1986.
Pemancangan tiang dilakukan oleh Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dengan disaksikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, Gubernur Jakarta dan Dirjen Perhubungan Laut.
Stasiun Gambir yang baru dibuka untuk umum bersamaan dengan peresmian jalur pada Jumat, 6 Juni 1922.
Presiden Soeharto meresmikannya, dengan ditandai dioperasikan Kereta Api Listrik (KRL).
Stasiun baru ini memiliki tiga lantai, lantai pertama untuk loket penjualan tiket.
Lantai kedua sebagai ruang tunggu penumpang yang dilengkapi toilet, pertokoan, restoran, dan beberapa kantor pegawai.
Sedangkan lantai tiga merupakan peron bagi para penumpang.
Arsitektur bangunan atas terlihat sederhana dengan atap bersusun dengan sentuhan tradisional Joglo.
Stasiun Gambir berwarna dominan hijau lantainya pun dipasang porselen mengkilap dengan warna hijau.
Selain Monas dan Masjid Istiqlal, bangunan baru Stasiun Gambir kala itu menjadi bangunan yang mudah dikenali di pusat kota Jakarta.
(Sumber foto: creative commons)
---
Kuis! |
Siapa yang pertama kali mencetuskan pembangunan jalur kereta api Jakarta - Bogor? |
Petunjuk: Cek halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | KAI.id |
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR