Bobo.id - Ketika mengantuk dan bosan, kita menjadi sering menguap.
Dilansir dari National Geographic Indonesia, ternyata manusia bisa menguap dengan rata-rata waktu yaitu 6 detik.
Dalam waktu 6 detik itu, detak jantung kita sempat meningkat, bahkan terjadi perubahan psikologis.
Menguap merupakan respons tubuh terhadap rasa lelah, kantuk, dan stres pada tubuh kita.
Kita pun cenderung sulit menahan diri untuk tidak menguap, apalagi jika orang di sekitar ada yang melakukannya.
Memangnya menguap itu bisa menular? Cari tahu, yuk!
Menguap Sering Terjadi di Udara yang Dingin
Tahukah teman-teman? Ternyata kita cenderung lebih sering menguap saat udara di sekitar sedang dingin, lo.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian dari Universitas Princeton yang menyebut kalau menguap adalah proses pendinginan otak.
Baca Juga: Cocok Jadi Camilan atau Menu Makan Malam, Ini 5 Makanan yang Bisa Bikin Mengantuk
Menguap yang terjadi merupakan protes dari otak yang kekurangan oksigen dan tubuh yang lelah.
Pada saat kita menguap, terjadi peregangan yang cukup kuat pada rahang.
Dengan begitu, aliran darah di leher, wajah, serta kepala kita akan meningkat.
Dilansir dari KlikDokter, menguap jadi pertukaran antara darah yang lebih hangat dari dalam otak dengan darah yang lebih dingin.
Inilah sebabnya, di udara yang dingin, kita lebih mudah untuk mengantuk dan tertidur.
Mengapa Menguap Bisa Menular?
Dilansir dari Live Science, penyebab kita menguap setelah orang di dekat kita menguap sebenarnya karena fungsi motorik di otak.
Peneliti menyebutkan, perilaku menguap yang menular itu merupakan jenis echophenomenon.
Dengan kata lain, itu adalah perilaku meniru orang lain secara otomatis tanpa kita sadari.
Baca Juga: Ada yang Mengantuk Sepanjang Hari, Kenali 6 Tipe Kebiasaan Tidur Ini, Kamu yang Mana?
Echophenomenon sendiri ada bermacam-macam jenisnya, teman-teman.
Ada echolia atau meniru kata-kata seseorang dan echopraxia atau meniru tindakan seseorang.
Namun, tak semua manusia memiliki perilaku menguap yang sama, lo. Ini berarti, ada orang yang mudah tertular, ada juga yang tidak.
Ini dibuktikan saat peneliti mengamati 328 orang yang diminta untuk menonton video "Yawn-O-Meter".
Dari 328 orang, sebanyak 222 orang menguap setidaknya satu kali. Sedangkan sisanya ada yang menguap lebih dari satu kali, bahkan ada yang tidak.
Berhubungan dengan Empati
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences mengatakan bahwa menguap yang menular ada hubungannya dengan empati.
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain.
Ketika teman kita tersenyum dan tertawa, mereka secara tidak langsung menyebar dampak positif dan bisa membuat kita ikut tersenyum.
Baca Juga: Meski Mengantuk, Jangan Lagi Tidur Siang dengan 4 Keadaan Ini! Bisa Picu Berbagai Penyakit
Begitu juga dengan menguap.
Selain itu, semakin dekat kita dengan seseorang seperti orangtua atau teman, maka semakin besar pula kemungkinan kita untuk ikut menguap.
Nah, itulah penjelasan ilmiah mengapa kita sering menguap ketika orang lain menguap. Semoga informasi ini dapat menjawab rasa penasaran teman-teman, ya.
----
Kuis! |
Sebutkan jenis-jenis perilaku menular yang disebut dengan Echophenomenon! |
Petunjuk: cek di halaman 3! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Seperti Apa Tradisi Pasar Apung di Kalimantan? Materi Kelas 3 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Kompas.com,klikdokter.com,National Geographic |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR