Bobo.id - Teman-teman, apakah kamu salah satu dari sekian banyak orang yang menyukai kue sus?
Kue sus merupakan salah satu dari pastry klasik Prancis. Pastry bukanlah roti, teman-teman.
Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, pastry adalah jenis kue kering yang dibuat dari adonan kaku berupa campuran tepung, garam, lemak banyak, dan sedikit cairan.
Nama pastry yang dikenal banyak orang diambil dari bahasa prancis 'patisseri' yang berarti kue.
Nah, kali ini kita akan mengenal kue sus dari definisi, sejarah, hingga perkembangannya hingga populer. Yuk, simak!
Sejarah Kue Sus
Kue sus, disebut juga choux pastry, pastry asal Prancis yang memiliki rongga, berisi krim lembut, dan ada topping di atasnya.
Ada 3 kategori kreasi pastry, yaitu plain pastry dough (adonan shortcrust atau pie), layered pastry (croissant, danish, dan puff pastry), dan choux paste (sejenis kue sus).
Berbeda dengan kue lainnya, adonan kue sus tanpa ragi, bagian luarnya sangat garing, tetapi di dalamnya lembab dan lebih lembut.
Selain itu juga ada krim lembut dan tidak terlalu encer. Krim pada kue sus juga memilik banyak varian, seperti rasa cokelat, vanila, dan varian rasa lainnya.
Dilansir dari Delightfulfood, kue sus ditemukan pada tahun 1500-an oleh koki dari Catherine de Medici.
Baca Juga: 4 Resep Kue Tradisional Lezat untuk Camilan di Rumah, Ada Untir-Untir hingga Onde-Onde Ketawa
Pada saat ditemukan resepnya, kue sus digunakan sebagai salah satu makanan penutup paling terkenal di dunia yang berasal dari Prancis.
Awalnya, kue sus tidak diberi isian seperti sekarang dan hanya dibiarkan kosong tengahnya, teman-teman.
Setelah 200 tahun kemudian, barulah muncul kue versi baru yang menambahkan isian krim di dalamnya.
Selama waktu berjalan, kue sus lebih dimodifikasi salah satunya dengan diisi es krim dan disajikan dengan saus cokelat.
Di Prancis, kue sus ini termasuk pada deretan makanan tradisional dan selalu disajikan di acara pernikahan.
Pada acara mewah, kue sus akan disusun membentuk piramida dengan tambahan taburan gula halus dan gula karamel.
Kamu perlu tahu bahwa kue sus memiliki bentuk yang unik dan mengembang bukan karena bantuan bahan pengembang, lo.
Melainkan karena tekanan uap dalam proses pembuatannya, yang akhirnya menyebabkan adonan ini mengembang secara alami.
Perkembangan Pastry di Indonesia
Dilansir dari kompas.com, bisnis kuliner pastry dimulai dari hotel-hotel di Jakarta sejak 80-90 tahunan lalu.
Ketika itu, perkembangannya berlangsung cepat dan lancar karena belum banyak saingan.
Baca Juga: 7 Bahan Alami yang Ampuh Menghilangkan Noda Lengket pada Permukaan Setrika
Dulu jika orang ingin makan pastry, harus datang ke hotel yang menjualnya. Tiap hotel juga memiliki pastry yang punya ciri khas.
Pemasarannya juga terbatas hanya pada kalangan tertentu, hal ini disebabkan karena belum ada media promosi yang memudahkan informasi tentang pastry lezat yang dijual di hotel.
Nah, setelah banyak orang mengenal cara modern mengiklankan atau menawarkan barang dan jasa, bisnis pastry juga semakin berkembang dan terkenal.
Jika kamu ingin membuat sendiri kue sus, gunakan tepung terigu khusus pastry dengan tingkat protein lebih ringan sehingga mencegah adonan retak saat dipanggang.
Bisa juga menggunakan tepung roti tetapi membutuhkan air lebih banyak dan mungkin membuat kue tidak begitu mengembang.
Selain itu, sebaiknya gunakanlah mentega daripada margarin atau shortening lain.
Kue sus yang tidak menggunakan ragi bergantung sepenuhnya pada uap, maka penting untuk memastikan ada cukup kandungan air, susu, dan telur.
Nah, itulah penjelasan definisi, sejarah, dan perkembangan kue sus hingga bisa populer sampai ke Indonesia.
---
Kuis! |
Di Prancis, kue sus terkenal sebagai kue yang disajikan pada saat acara apa? |
Petunjuk: Cek halaman 2! |
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR