Bobo.id - Teman-teman, pernahkah kamu merasa pusing saat lapar, namun langsung sembuh ketika sudah kenyang?
Kadang, kita merasa bingung, apa hubungan antara lapar yang dirasakan organ pencernaan dengan pusing yang terjadi pada kepala?
Nah, kali ini Bobo akan menjelaskan mekanisme kerja tubuh kita ketika sedang lapar, dan penyebab pusing saat lapar. Yuk, cari tahu bersama!
Hormon di Otak
Dilansir dari Halodoc.com, ketika kita lapar maka tubuh kita memerlukan persediaan energi sebagai bahan bakar tubuh untuk beraktivitas.
Pasalnya, meskipun tubuh kita menyediakan persediaan dan cadangan energi, lama-kelamaan cadangan tersebut akan berkurang saat kita menunda makan.
Bersamaan dengan itu, otak akan melepaskan hormon yang menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah menyempit, dan otot menegang.
Kondisi-kondisi inilah yang akhirnya membuat kita pusing atau sakit kepala.
Saat lapar, kita juga mengalami penurunan kadar gula darah atau glukosa hingga di bawah 70 mg/dL atau hipoglikemia.
Pada saat tersebut, sakit kepala bisa terjadi, bahkan pada sebagian orang sakit kepala yang dialami hanya sebelah atau migrain.
Nah, supaya sakit kepala ini tidak terjadi, kamu hanya perlu makan tepat waktu atau tidak menunda makan.
Baca Juga: Kenapa Aroma Cat Dinding Menyengat dan Bisa Menyebabkan Pusing?
Usahakan juga menyediakan camilan dalam porsi secukupnya untuk mengganjal perut sementara belum sempat makan.
Otak Tidak Bisa Sakit
Teman-teman, tahukah kamu bahwa sebenarnya otak tidak bisa merasakan sakit meskipun kita bisa merasa pusing?
Dilansir dari Science Focus, kita bisa merasakan sakit karena serabut saraf sensorik bernama nosiseptor sedang aktif.
Namun, faktanya nosiseptor ini tidak berada di otak kita, melainkan terdapat pada kulit, persendian, dan beberapa organ dalam.
Lalu, saat kita merasa pusing atau sakit kepala, letak rasa sakitnya bukan berada di otak, ya, Bo?
Ya, otak kita tidak bisa merasakan sakit, namun bagian di luar otak kita bisa merasakannya.
Saat kita merasa sakit kepala, meninges (lapisan penutup otak), jaringan saraf, pembuluh darah, dan otot leher dapat merasakannya.
Setelah dirangsang oleh rasa tidak nyaman, nosiseptor mengirimkan sinyal menuju sel-sel saraf di otak, untuk memberi tahu bahwa ada bagian tubuh kita yang merasa sakit.
Namun, sakit kepala bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan dari mana asal rasa sakitnya.
Misalnya, sakit kepala tegang, disebabkan oleh otot-otot di leher dan kulit kepala mulai mengencang.
Baca Juga: 4 Penyebab Pusing Setelah Makan Daging, Lakukan Cara Ini untuk Mengatasinya
Sakit kepala karena reseptor di beberapa bagian wajah, seperti mulut dan tenggorokan menerima rasa sakit.
Sakit kepala sebelah atau migrain, yang belum benar-benar diketahui penyebabnya, dianggap terjadi karena aktivitas otak yang abnormal.
Aktivitas abnormal pada otak ini nantinya akan memengaruhi sinyal saraf, bahan kimia, dan pembuluh darah di otak, sehingga kita mengalami sakit di sebagian kepala.
Memang, ada beberapa penyebab sakit kepala yang kita alami, baik karena mekanisme di dalam tubuh atau pemicu dari luar.
Contoh pemicu dari luar yang dapat menyebabkan sakit kepala atau pusing adalah aroma cat.
Sebagian besar cat dinding memiliki kandungan zat kimia seperti volatile organic compounds atau sering disingkat VOC.
Dilansir dari klikdokter.com, beberapa contoh VOC, antara lain benzene, formalin, bensin, pelarut seperti toluene dan xylene, styrene, dan perchloroethylene.
Saat masuk ke ruangan yang udaranya sudah tercemar zat kimia ini, teman-teman akan mulai merasa pusing dan mata perih.
Dalam jangka panjang, bisa menimbulkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, bahkan bisa sebabkan gangguan saraf.
----
Kuis! |
Di mana letak sakit kepala sebenarnya? |
Petunjuk: Cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Halodoc.com,Science Focus |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR