Hal lain yang membuat masyarakat Maluku melakukan perlawanan adalah wilayah benteng Duurstade yang diambil alih lagi oleh tentara Belanda.
Lalu kerja paksa yang dilakukan oleh masyarakat Maluku pun bukan hanya mengelola kebun, tapi juga membuat garam.
Tentunya semua pekerajaan itu dilakukan untuk kepentingan Belanda sepenuhnya.
Selain hasil kebun seperti kopi, masyarakat Maluku juga harus membuat dendeng dan ikan asin yang nantinya diserahkan kepada Belanda.
Sekolah-sekolah yang sudah mulai ada di daerah pun juga ditutup oleh Belanda.
Guru dan pegawai pemerintah pun diberhentikan, dan sekolah hanya ada di kota besar saja.
Bahkan Belanda juga membuat emosi masyarakat dengan ikut campur dalam urusan agama.
Para penjajah itu membuat jumlah pendeta dikurangi sehingga banyak masyarakat yang kesulitan untuk melakukan ibadah rutin.
Atas semua tindakan Belanda mengambil hasil panen rempah-rempah dan bahan makanan lain, masyarakat Maluku pernah melakukan protes.
Protes itu disampaikan dalam bentuk tuntutan agar Belanda membayar dengan harga sebenarnya, namun tentu tuntutan itu ditolak.
Bahkan Belanda justru memperkuat posisinya dengan mendirikan banyak benteng di tanah Maluku.
Baca Juga: Mengenal Seni Ludruk, Kesenian yang Bantu Lawan Penjajah
Source | : | gramedia.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR