2. Tembang Tengahan atau Sekar Madya
Nah setelah tembang gedhe, muncullah tembang tengahan yang juga biasa disebut dengan sekar madya.
Bahasa yang digunakan dalam tembang tengahan cenderung lebih modern dibanding dengan tembang gedhe.
Tembang tengahan juga masih termasuk tembang klasik yang dulunya sempat ditulis menggunakan aksara Jawa.
Buku yang bercerita menggunakan tembang tengahan disebut kidung, contohnya seperti kidung Sundhayana hingga kidung Ranggalawe.
Tembang tengahan mengandung filosofi tentang kehidupan masyarakat Jawa sehingga tertulis dalam kidung.
O iya, secara teknis, tembang tengahan juga digunakan untuk “mbawani gendhing” atau membuka gendhing.
Sama halnya dengan tembang klasik lainnya, tembang tengahan juga memiliki sejumlah ciri-ciri, seperti:
- Tiap gatra tidak lebih dari 8 wanda, tanpa lampah.
- Menggunakan bahasa Jawa baru.
- Terikat guru wilangan.
Baca Juga: 20 Contoh Peribahasa Jawa, Lengkap Beserta Arti dalam Bahasa Indonesia
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Source | : | Kompas.com,Adjar.id |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR