Maka pagi berikutnya, Pangeran Bahrom pergi melintasi gunung. Di sana, ia bertemu dengan seorang gembala yang sedang menggembalakan domba-domba istana. Pangeran Bahrom menyapanya dan bertanya tentang Apel Tertawa dan Apel Menangis. Si gembala segera memukulnya dengan kasar sehingga Pangeran Bahrom hampir terjatuh.
"Jangan sebut nama itu di sini!” serunya marah.
Pangeran Bahrom memohon dengan sungguh-sungguh, dan memberi gembala itu segenggam koin emas. Gembala itu menjadi lebih tenang. Ia berkata,
“Aku punya sehelai kulit domba utuh. Pakailah kulit domba itu dan merangkaklah di antara domba-domba istana. Nanti sore, aku akan mengantar domba ke istana. Kau bisa ikut menyusup ke dalam. Pada malam hari, saat semua orang tertidur, pergilah ke lantai pertama. Lihatlah ke kamar di sebelah kanan.
Di atas rak di dekat tempat tidur, kau akan menemukan kedua apel itu. Apel Tertawa dan Apel Menangis. Jika kau bisa mengambilnya, maka semuanya beres. Jika tidak berhasil, kau ada dalam masalah besar!”
Gembala itu lalu memberikan Pangeran Bahrom sehelai kulit domba utuh. Pangeran segera memakainya dan merangkak di antara domba-domba. Ia berhasil masuk ke halaman istana tanpa ketahuan.
Ketika malam tiba dan semua orang tertidur, Pangeran Bahrom keluar dari kulit domba. Ia merayap hati-hati dan ke lantai pertama. Ia lalu masuk ke ruangan yang ditunjukkan oleh si gembala. Di situ, ada seorang Putri Daria yang sangat cantik sedang tidur nyenyak. Ia adalah Putri Daria, putri tunggal sultan pemilik istana itu.
Putri Daria memiliki rambut keemasan. Pangeran Bahrom takjub melihatnya. Dan pada saat itu, Apel Tertawa yang berada di rak dekat tempat tidur, mulai tertawa. Apel menangis pun mulai menangis.
Pangeran Bahrom sangat terkejut. Ia buru-buru keluar kamar, menutup pintu, berlari kembali ke domba. Keributan kedua apel itu membangunkan Putri Daria. Namun, ia tak melihat ada orang di kamarnya.
“Kalian jangan ribut, ya!” tegurnya pada kedua apelnya. Ia lalu tidur lagi.
Setelah beberapa saat, Putri Daria tertidur sekali lagi. Pangeran Bahrom masuk lagi dan melangkah ke rak tempat kedua apel itu. Namun, kedua apel itu mulai bersuara. Yang satu tertawa dan yang satu menangis. Seperti sebelumnya, Pangeran Bahrom buru-buru keluar kamar.
Baca Juga: Unik! Ada Legenda Monster Kucing di Jepang, Apa Namanya? #MendongengUntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR