Bobo.id - Teman-teman, apakah kamu selalu menghabiskan setiap makanan yang diberikan padamu?
Membuang makanan karena tidak suka atau terlalu kenyang bukanlah tindakan yang bijaksana, karena ini berarti kita telah menyia-nyiakan sesuatu.
Orang Jepang sudah diajarkan Mottainai sejak kecil, sehingga mereka akan selalu menghabiskan makanan mereka.
Apa itu Mottainai? Yuk, cari tahu fakta menarik dan filosofi Mottainai dari artikel berikut ini!
Ungkapan Mottainai
Budaya Mottainai pertama kali berkembang pada abad ke-19 di Jepang, tepatnya di Edo, pusat politik dan budaya Jepang.
Orang-orang dari Edo pada kala itu hidup dengan kesadaran untuk melestarikan sumber daya alam seperti kayu, kertas, tekstil, dan porselen.
Dilansir dari japanobjects.com, Mottainai merupakan ungkapan yang akan keluar saat seseorang membuang makanan, membuang barang, dan menyia-nyiakan sesuatu.
Dalam bahasa Indonesia, ungkapan Mottainai diterjemahkan menjadi "sia-sia belaka!" atau "betapa sia-sia!".
Filosofi Mottainai
Dalam bahasa Jepang, Mottainai terbentuk dari dua kata yaitu mottai (勿体) yang berarti kesucian atau suasana penting, dan nai (無い) yang berarti kekurangan sesuatu.
Baca Juga: Jarang Diketahui Namanya, Ini 3 Boneka Unik dari Jepang Selain Maneki-Neko
Makna ungkapan Jepang kuno ini yaitu menyampaikan terima kasih sekaligus rasa malu karena menerima sesuatu yang lebih besar daripada yang pantas diterima.
Di Jepang, anak-anak sudah diperingatkan untuk tidak meninggalkan sebutir nasi pun di mangkuk mereka.
Sebab, jika ini terjadi, maka orang tua atau orang yang memberikannya makan akan berkata Mottainai!
Menurut mitos Jepang, jika ada anak-anak yang membuang makanan, maka roh jahat Mottainai akan datang dan menangkap anak tersebut.
Tidak hanya berlaku pada makanan, ungkapan Mottainai juga diungkapkan ketika seseorang membuang kain bekas yang usang.
Daripada membuangnya, orang Jepang akan memanfaatkan kain perca untuk ditenun menjadi pakaian baru, furnitur, atau aksesori.
Ramah Lingkungan
Budaya Mottainai yang sudah berkembang sangat lama di Jepang ini menjadi contoh gaya hidup ramah lingkungan yang dapat ditiru.
Manusia mendapatkan makanan dari alam, artinya alam telah menyediakan beragam kebutuhan.
Memilih untuk tidak membuang makanan sama dengan melestarikan dan menghargai alam.
Selain itu, budaya Mottainai juga cocok dengan konsep reduce, reuse, recycle.
Baca Juga: Banyak Dibudidayakan di Jepang, Ini 5 Jenis Buah-buahan Termahal di Dunia
Reduce dilakukan dengan mengurangi penggunaan produk penghasil sampah, reuse artinya menggunakan kembali barang-barang yang sudah terpakai.
Sedangkan recycle adalah mendaur ulang sampah untuk dijadikan barang-barang yang dapat digunakan kembali.
Ketiga cara pengelolaan sampah ini dapat mencegah penumpukan sampah yang tidak bisa terurai.
Sebab, sampah dapat memicu hilangnya tanah humus untuk pertanian, air tanah menjadi beracun, dan kurangnya makanan ternak.
Oleh sebab itu, budaya Mottainai dianggap sebagai kesadaran ramah lingkungan.
----
Kuis! |
Kapan budaya Mottainai berkembang? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR