“Manae, Ibu tadi terburu-buru sampai lupa membeli bandomu. Besok saja, ya!” sapa ibunya. Kata-katanya persis yang tadi. Dan, Manae pun hampir memberi jawaban yang sama. Namun, ia teringat pesan Ratu Peri.
“Tapi, Bu! Manae mau pakai sekarang. Ayo, kita balik ke pasar sekarang, Bu!” paksa Manae.
“Tidak bisa, sayang. Ibu, kan, harus memasak untuk makan siang. Ayahmu mengundang teman-temannya makan siang di rumah kita,” bujuk ibunya.
“Tidak mau! Pokoknya harus sekarang! Huungg... huuungg...” Manae mulai menangis lagi. Ia memang tidak suka kalau keinginannya ditunda-tunda.
Puff Puff Puff!
Manae tiba-tiba sudah berada di depan Ratu Peri lagi. Mata dan pipinya masih basah dengan air mata.
“Ow, ow! Cobalah memberi jawaban yang tanpa menangis!” saran Ratu lagi sambil tersenyum. Namun, matanya agak melotot. Tanpa menunggu komentar Manae, Ratu meniupkan asap lagi ke wajah anak itu.
Untuk ketiga kalinya, Manae muncul di rumahnya lagi. Untuk ketiga kalinya juga ibunya muncul.
“Manae, Ibu tadi terburu-buru sampai lupa memberi bandomu. Besok saja, ya!” ujar ibunya seperti yang tadi- tadi.
Manae terdiam. Jawaban apa yang harus diberikannya sekarang?
“Lo, kenapa diam sekarang? Besok ya, Ibu belikan. Ibu janji,” bujuk ibunya.
Baca Juga: Dongeng Petualangan Oki dan Nirmala: Daun Ajaib #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR