Ratu menggeleng tegas, lalu berkata, “Timi menangis normal. Ia kehilangan benda yang disayanginya. Ia sangat sedih. Itu sebabnya ia menangis. Manusia tentu saja boleh menangis karena sedih. Asal tidak terlalu lama.”
“Lalu, apa Danil tidak menangis cengeng?” lirik Manae sinis.
Ratu menggeleng lagi.
“Danil juga menangis normal. Ia kesakitan. Ia berusaha menahan tangisnya. Tapi air matanya menetes juga. Itu bukan menangis cengeng.”
Manae cemberut kesal. Bibirnya berkerut dan sangat maju.
“Lalu, mengapa aku dibilang menangis cengeng? Aku, kan, menangis karena sedih juga!” teriak Manae.
Dadanya terasa penuh menahan jengkel. Air matanya hampir menetes. Ratu tersenyum lembut. Ia berjongkok di depan Manae.
“Kau sebetulnya punya beberapa pilihan. Tapi kau lebih suka memilih menangis. Itu namanya cengeng. Sekarang, ayo kita ulangi kejadian tadi pagi!”
Manae tidak mengerti maksud Ratu Peri. Tetapi, belum sempat ia bertanya, Ratu Peri telah meniup telapak tangannya.
Puff Puff Puff.
Asap-asap berbentuk hati keluar dari telapak tangannya yang lentik. Asap-asap itu merubungi wajah Manae. Beberapa detik Manae tidak dapat melihat apa-apa. Tetapi, ketika asap itu menghilang...
Baca Juga: Dongeng Anak: Kerbau dan Kancil Bermain Petak Umpet #MendongenguntukCerdas
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR