Manae tetap terdiam. Matanya menatap wajah ibunya. Senyum lembut ibunya sangat tulus. Mata bening ibunya tampak agak khawatir. Baru kali ini Manae menatap lekat ibunya. Ibu sangat baik, pikir Manae luluh.
“Iya, Bu. Besok juga tak apa-apa,”ujar Manae akhirnya.
Mata ibunya terbelalak tak percaya. Senyumnya melebar.
“Ah, Manae sekarang pintar, ya. Ibu senang sekali,” Ibu mencium ubun-ubun kepala Manae. Entah mengapa, Manae merasa lega sekali. Ia juga bangga bisa membuat ibunya bahagia.
Puff Puff Puff!
Manae kembali muncul di depan Ratu Peri Negeri Kembaran Bumi. Wanita cantik itu tersenyum lembut padanya. Persis senyum ibuku, pikir Manae. Ah, Manae tiba-tiba rindu pada ibunya.
“Ratu, aku mau pulang sekarang,” pinta Manae.
“Ya, sebaiknya begitu. Ibumu sedang sibuk mencarimu sekarang. Tuh, lihat saja!” Ratu menunjuk ke permukaan danau. Manae menoleh melihat ke layar air permukaan danau.
“Manaeee... Manaee...” Ibu Manae tampak berteriak-teriak di depan rumah. Wajahnya kelihatan cemas.
“Aku harus pulang sekarang, Ratu!” Manae mulai gelisah.
“Ya. Dan, ingat, jangan terlalu sering menangis cengeng. Supaya Manachan cepat sembuh. Bilang juga pada Timi, jangan terlalu lama menangis sedih. Kasihan Timchan yang ikut merasa sedih,” Ratu mengedipkan mata.
Baca Juga: Dongeng Anak: Kukus dan Tupi #MendongengUntukCerdas
Manae tersenyum dan mengangguk.
Puff Puff Puff!
Asap-asap berbentuk hati kembali mengitarinya.
Ketika asap itu lenyap, Manae terkejut dan bingung. Langit biru terbentang luas di depan matanya.
Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Lo, bunga-bunga Ow! Ternyata ia sedang terbaring di taman bunga. Punggungnya beralas rumput.
“Manae... kau tertidur di sini, ya?“ Suara Ibu, batin Manae.
Ow, ternyata ibunya telah duduk berlutut di sisinya.
Manae segera duduk dan memeluk tubuh ibunya yang hangat.
“Ayo, makan bersama. Teman-teman Ayah ingin berkenalan denganmu. Nanti sore, kita beli bandomu di toko, ya,” ujar ibunya ramah.
Manae tersenyum. Kali ini ia tahu harus menjawab apa.
“Besok saja, Bu. Sehabis makan, aku akan bantu Ibu cuci piring. Setelah itu,kita berdua istirahat saja,” ujarnya sambil tersenyum manis.
Baca Juga: Dongeng Anak: Jira yang Nakal #MendongenguntukCerdas
Mata ibunya terbelalak, gembira, tak percaya, persis yang dilihat Manae tadi.
Yang aku lihat tadi? Manae menggumam di dalam hati. Pasti tadi aku bermimpi, pikirnya.
“Ayo, sayang. Kasihan, nanti teman-teman Ayah terlalu lama menunggu,” ujar ibunya lagi sambil berdiri. Manae langsung ikut berdiri.
TUK!
Ada sesuatu yang jatuh dari pangkuannya. Tempat bedak Ratu Negeri Kembaran Bumi! Manae terbelalak kaget.
“Tadi itu bukan mimpi...?” gumamnya berdebar-debar.
Manae cepat-cepat memungut benda itu dan memasukkannya ke dalam kantong roknya.
“Kalau bukan mimpi, berarti aku masih bisa bertemu Ratu Peri Kembaran Bumi. Tinggal meniup bedak di tempat bedak ini,” gumam Manae di dalam hati.
Senyum lebar menghias bibirnya. Ia mempercepat langkahnya, dan meraih tangan ibunya.
Baca Juga: Dongeng Anak: Teman di Malam Hari #MendongengUntukCerdas
#MendongenguntukCerdas
Tonton video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR