“Tidak mau! Pokoknya harus sekarang! Hung... huuung...,” Manae mulai menangis seperti biasanya.
Nadanya dinaikturunkan hingga terdengar mengharukan.
Akan tetapi, ibu Manae harus memasak untuk tamu ayah Manae. Ia tak punya waktu untuk membujuk.
Akhirnya Manae menangis sendiri di teras depan.
“Huuungg huuung,” Manae terus menangis tak kenal lelah.
Ia sudah terbiasa menangis lama-lama. Sampai keinginannya dituruti. Namun, kali ini ibunya betul-betul sibuk memasak. Sama sekali tak sempat membujuknya. Manae akhirnya lelah juga menangis.
“Huh, lebih baik aku main ke taman saja!” gerutunya.
Ia mengucek-ucek matanya dan membetulkan letak bandonya. Lalu berjalan keluar menuju taman di dekat rumahnya. Tiba-tiba, Manae melihat benda berkilau di rerumputan. Bergegas ia menghampirinya.
Benda itu ternyata sebuah kotak yang cantik. Besarnya sebesar tempat bedak ibu Manae. Warnanya seperti gading. Ada tempelan bunga-bunga kecil berwarna-warni lembut, terbuat dari kaca. Itulah yang membuatnya berkilau ditimpa cahaya.
Perlahan Manae membukanya. Kotak itu memang tempat bedak. Ada bedak padat dan kaca di dalamnya. Manae memerhatikan wajahnya di kaca itu. Tidak terlalu jelas. Bubuk bedak mengotori kaca. Namun, mata Manae yang sembab dan merah cukup terlihat. Hidungnya pun bengkak.
Fuh! Fuh! Manae meniup bubuk bedak yang menempel di kaca. Kini matanya yang bengkak semakin jelas terlihat. Uh! Jelek sekali! Tiba-tiba... Puff puff puff... Keluar asap-asap bagai awan-awan berbentuk hati. Manae memandangnya takjub. Apa ini kotak berisi jin? Pikirnya. Asap-asap itu berkerumun hingga membentuk sebuah sosok.
Baca Juga: Dongeng Anak: Beki Bebek yang Ramah #MendongenguntukCerdas
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR