Bobo.id - Saat cuaca sedang cerah, pernahkah teman-teman mendongak ke atas untuk melihat awan-awan yang ada di langit?
Yap, setiap awan yang ada di langit memiliki bentuk yang berbeda-beda. Inilah yang membuat langit selalu memiliki pesona.
Ada awan yang berbentuk horizontal berlapis, awan bertumpuk, awan lembaran putih tipis, hingga awan yang menggumpal.
Selain itu, ada juga awan yang berbentuk seperti cawan melingkar. Awan ini biasa muncul di atas gunung atau perbukitan.
Dilansir dari Kompas.com, awan ini pernah terlihat di beberapa gunung, seperti Gunung Merapi, Merbabu, Lawu, Arjuno, dan lain sebagainya.
Pemandangan awan ini pun sangat fantastis tepat ketika Matahari terbit karena awan berubah menjadi oranye-merah muda.
Ternyata, awan itu disebut dengan awan lenticular. Apa itu dan bagaimana terbentuknya? Simak informasi berikut ini, yuk!
Apa Itu Awan Lenticular?
Jenis awan lenticular atau altocumulus lenticularis ini merupakan awan gelombang orografik yang berbentuk layaknya cawan.
Untuk memudahkannya, awan ini sering disebut sesuai dengan bentuknya, seperti awan UFO, clouds of heaven, dan lennies.
Yap, jika kita melihatnya langsung, maka awan jenis ini terlihat seperti benda ruang angkasa yang muncul di film atau UFO.
Baca Juga: Jadi Fenomena Alam Berbahaya, Apa yang Dimaksud dengan Tornado?
Tak seperti awan kumulus yang sering muncul di pagi hari, awan ini termasuk langka karena kemunculannya terbilang jarang.
Awan lenticular umumnya terbentuk di lapisan troposfer pada ketinggian 6.500-16.500 meter dan sering dijumpai di pegunungan.
Awan lenticular ini bisa berlangsung hingga beberapa jam sebelum akhirnya menghilang secara perlahan dan bertahap.
Jenis awan ini tidak bisa muncul cukup lama karena lenticular tidak bergerak dan tidak terdorong angin di sekitarnya.
Penyebab Terbentuknya Awan Lenticular
Lenticular akan terbentuk dari pusaran udara yang saling bertabrakan karena ada penghalang, tingkat kelembapan, dan suhu tertentu.
Ketika berembus di permukaan bumi, udara akan menemui penghalang, seperti gunung, bukit, lembah, atau objek lainnya.
Nah, penghalang inilah yang dapat mengganggu laju udara dan akhirnya membentuk pusaran dengan kekuatan yang berbeda.
Angin akan terus berputar dan membentuk kumpulan gerakan. Namun jika suhunya tidak mendukung, maka tidak terbentuk awan.
Udara lembap yang berembus di puncak gunung itu kemudian bisa membentuk gelombang besar di sisi yang berlawanan arah.
Jika suhunya rendah, maka uap air di udara akan mengembun. Nah, kolaborasi gerakan udara dan titik embun itu membentuk awan ini.
Baca Juga: Mengapa Gunung Sering Terlihat Memiliki Awan Seperti Topi di Atasnya?
Dilansir dari Kompas.com, awan yang bentuknya mirip UFO ini umumnya terbentuk di sisi bawah angin atau sisi belakang lereng.
Dengan begitu, udara lembap yang naik ke sisi atas gunung atau bukit mengalami pendinginan dan pemadatan hingga menghasilkan awan.
Namun, di sisi yang berlawanan dengan angin, udara akan menurun dan menghangat sehingga terjadi penguapan, teman-teman.
Apakah Berbahaya?
Awan yang bentuknya seperti piring bertumpuk ini akan membuat decak kagum bagi siapa pun yang berhasil melihatnya.
Namun, ternyata awan ini sangat ditakuti dan dihindari oleh pilot atau mereka yang bergelut di bidang penerbangan, lo.
Yap, awan ini memang terlihat diam dan tidak bergerak. Namun, awan ini bisa menimbulkan angin kencang di sekitarnya.
Dilansir dari National Weather Service, jika ada pesawat yang mendekatinya, maka bisa menyebabkan turbulensi yang sangat parah.
Kondisi berbahaya ini juga berlaku bagi penerbangan di sisi belakang lereng gunung atau bukit karena ada gerakan ke bawah yang cukup kuat.
Efek serupa juga bisa terjadi bahkan saat awan belum sepenuhnya terbentuk alias masih berupa gerakan angin.
Tak seperti awan kumulonimbus yang bisa menghasilkan hujan lebat, awan jenis ini bisa jadi tidak menghasilkan hujan.
Baca Juga: Mengenal Circumhorizontal Arc, Fenomena di Awan yang Unik dan Menakjubkan
Meski begitu, kalau kemunculan lenticular yang dipicu adanya peningkatan jumlah uap air juga bisa menjadi peramal cuaca alami, lo.
Hal ini bisa menjadi pertanda kalau hujan atau badai salju segera turun, tergantung pada waktu dan lokasinya, teman-teman.
Uap air sudah jatuh sebagai hujan di sisi hadap lereng sehingga intensitas hujan akibat awan lenticular ini tidak begitu tinggi.
Jika ingin melihat fenomena ini, kita bisa menunggunya sebentar lagi. Sebab, awan lenticular biasa muncul di pegunungan saat musim panas.
----
Kuis! |
Apa saja bentuk awan yang biasa terlihat di langit? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Bobo Funfair Digelar di Semarang, Bisa Ketemu Bobo Sekaligus Wisata Kuliner Nusantara
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR