Bobo.id - Apakah teman-teman pernah melihat langsung atau tidak langsung berupa awan berbentuk topi atau payung di atas puncak gunung?
Fenomena ini disebut dengan gunung bertopi, yang cukup sering terjadi pada gunung-gunung di Indonesia.
Sebenarnya apa yang menjadi penyebab fenomena gunung bertopi awan itu?
Lalu, apakah jenis awan yang menjadi topi tersebut?
Kita ketahui bersama-sama, yuk!
Penjelasan Fenomena Gunung Bertopi
Awan berbentuk topi di atas puncak gunung terbentuk karena fenomena yang disebut dengan "topi awan" atau "topi orografis".
Topi orografis terjadi ketika udara lembab dan stabil terpaksa naik dan melewati pegunungan.
Ketika udara naik dan melintasi puncak gunung, suhu udara akan turun secara signifikan karena tekanan atmosfer yang menurun dengan ketinggian.
Ketika suhu udara turun di bawah suhu embun, uap air di udara akan mengembun dan membentuk awan di atas puncak gunung.
Seiring dengan terusnya udara yang bergerak, awan bisa terlihat seperti topi di atas puncak gunung.
Baca Juga: Sering Muncul saat Erupsi Gunung Api, Bagaimana Hujan Abu Terbentuk?
Selain itu, topi awan di puncak gunung juga dapat terbentuk karena adanya aliran udara yang berbeda-beda di sekitar puncak gunung.
Hal ini dapat menyebabkan udara yang naik dan turun secara teratur di sekitar puncak gunung.
sehingga awan terbentuk di atas puncak gunung secara konsisten dan menyerupai topi di atas gunung.
Karena topi awan ini, puncak gunung seringkali menjadi tempat wisata yang menarik karena pemandangan yang indah.
Namun, topi awan juga dapat menjadi pertanda cuaca buruk karena udara lembab yang terperangkap di atas gunung bisa menyebabkan hujan atau badai.
Jenis Awan Topi
Jenis awan yang sering terlihat sebagai topi di atas gunung umumnya adalah awan lentikularis.
Jenis awan lentikularis atau lenticular clouds dalam bahasa Inggris memiliki ciri khas sering terbentuk di sekitar gunung yang memiliki puncak yang tajam dan cukup tinggi.
Awan ini sering disebut sebagai "awan terbang" karena mereka terlihat seperti piring terbang atau cakram yang melayang di udara.
Awan lentikularis terbentuk ketika udara lembab naik dan turun di sekitar puncak gunung yang menciptakan gelombang udara.
kemudian hal ini menyebabkan udara terkompresi atau tertekan dan mengalami pendinginan saat naik ke puncak.
Baca Juga: Terlihat Sama, Padahal Ada 4 Jenis Awan Berdasarkan Ketinggiannya, Apa Saja?
Pendinginan ini menyebabkan pemadatan awan saat turun ke lekukan gelombang gunung.
Kondisi ini menciptakan daerah dengan tekanan dan suhu yang tepat untuk awan lentikularis terbentuk di atas puncak gunung.
Awan ini juga sering memperlihatkan pola yang khas, seperti serangkaian cakram atau gelombang berulang yang terlihat indah di langit.
Karena bentuknya awan lentikularis yang cukup unik, banyak orang mengatakan bahwa awan ini memiliki bentuk yang mirip dengan UFO, lo.
Bentuk khas awan lentikularis inilah yang menjadikannya agak melengkung mengikuti lengkungan puncak gunung.
Sehingga awan ini terlihat seperti topi atau payung yang menaungi puncak gunung.
Tak hanya selapis saja, awan lentikularis ini juga bisa terbentuk berlapi-lapis juga tergantung pada kondisi cuaca, kelembapan, dan suhu di sekitar gunung.
Nah, itulah penjelasan terbentuknya topi awan, teman-teman.
Fenomena gunung bertopi ini sering terjadi saat puncak musim panas di Indonesia.
Hal ini pula yang menjadikan pemandangan gunung lebih menarik.
Oleh sebab itu, jika teman-teman ingin menyaksikan fenomena gunung bertopi bisa berwisata ke gunung saat puncak panas, ya.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Seputar Awan
----
Kuis! |
Apa nama lain dari topi awan? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Bobo Funfair Digelar di Semarang, Bisa Ketemu Bobo Sekaligus Wisata Kuliner Nusantara
Source | : | Science,KOMPAS.com,Weather.com |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR