Bobo.id - Fenomena alam hujan salju biasanya terjadi di negara dengan empat musim atau subtropis.
Negara yang mengalami hujan salju, seperti Kanada, Jepang, Amerika Serikat, Swiss, Austria, hingga Antartika.
Salju adalah benda padat yang terbuat dari air yang membeku. Hujan jenis ini biasa terjadi saat musim dingin.
Namun siapa sangka, ternyata negara dengan iklim tropis atau dua musim juga bisa merasakan hujan salju, lo.
Hal ini baru saja terjadi di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Yap, ada salju turun di sana!
Hujan salju ini termasuk fenomena alam langka di wilayah tropis. Hmm, kira-kira apa penyebabnya, ya?
Muncul Salju di Papua
Di wilayah Papua, saat ini sedang terjadi musim penghujan. Nah, musim inilah yang menyebabkan salju turun.
Potensi terbentuknya awan-awan hujan meningkat saat musim hujan yang diperkirakan hingga Agustus 2023.
Salju adalah partikel-partikel es kecil dalam awan yang menyatu sehingga dapat membentuk kristal es.
Sebagai informasi, kristal es itu dapat terbentuk jika suhu atmosfer berada di bawah titik beku 0 derajat celcius.
Baca Juga: Fenomena Alam Aneh di India, Ada Gurun yang Bersalju, Ini Faktanya
Kristal es dapat jatuh ke permukaan Bumi dalam bentuk salju apabila suhu di sekitar permukaan kurang dari 5 derajat.
Dilansir dari Kompas.com, kondisi udara sekitar yang sangat lembap bisa menjadi faktor pembentuk salju.
Selain itu, faktor lain yang membuat hujan salju turun di Papua adalah karena kondisi geografisnya.
Ketika berkunjung ke sana, kita akan merasakan udara dinginnya karena berada di ketinggian 2.500 mdpl.
Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara akan semakin menurun, begitu pula dengan tekanan atmosfernya.
Inilah mengapa wilayah Mimika, Papua Tengah dapat terbentuk hujan salju dan beberapa kali terjadi hujan es.
Meski hujan salju sempat turun di Papua, namun fenomena ini tak berlangsung lama, hanya beberapa jam.
Salju yang turun di papua ini merupakan fenomena yang terjadi setiap tahun, biasanya di bulan Juni-Agustus.
Nimbostratus, Pembentuk Salju
Kalau hujan lebat akan turun di suatu tempat, maka kita bisa melihat awan cumulonimbus yang menggantung.
Hal ini tentu saja berbeda dengan awan yang biasanya menurunkan salju. Awan itu adalah Nimbostratus.
Baca Juga: Jadi Fenomena Alam Berbahaya, Bagaimana Terbentuknya Badai Salju?
Awan ini adalah jenis awan rendah yang cukup tebal dan memiliki bentuk menyebar seperti kabut tebal kelabu.
Nama Nimbostratus berasal dari bahasa Latin yakni dari kata 'Nimbus' artinya awan hujan dan 'Stratus' artinya merata.
Secara umum, awan ini terletak di atmosfer dengan ketinggian rendah antara 600 meter hingga 4 kilometer.
Karena cukup tebal dan memiliki lapisan gelap, maka cahaya Matahari bisa terhalang, teman-teman.
Kalau kamu bertemu dengan awan Nimbostratus, tandanya akan turun hujan atau salju yang cukup tebal.
Ada Salju Abadi di Puncak Jaya
Ternyata, ada pegunungan dekat situ, bernama Jayawijaya dengan wilayah yang selalu diselimuti salju, lo.
Pegunungan Jayawijaya merupakan pegunungan tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 meter mdpl.
Ketinggian puncak gunung itu menyebabkan temperatur di puncak sangat dingin, bahkan suhunya bisa minus!
Jika temperatur di pantai 30 derajat celcius, maka temperatur di Puncak Jayawijaya berkisar -19 derajat celcius.
Temperatur suhu itulah yang menyebabkan Puncak Jayawijaya diselimuti salju bahkan salju abadi.
Baca Juga: Fenomena Alam Langka Turunnya Salju di Gurun Sahara, Kenapa Bisa Terjadi?
----
Kuis! |
Negara mana saja yang sering terjadi hujan salju? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Apa Saja Potensi Sumber Daya Alam yang Dimiliki Indonesia untuk Menjadi Negara Maju?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR