Asteroid itu masuk salah satu dari sekitar 2.300 objek yang digolongkan dapat menyebabkan kerusakan di Bumi.
Sementara itu, para astronom juga menyebutkan bahwa kira-kira ada lebih dari 3.000 asteroid yang belum ditemukan.
Namun, kerusakan ini bisa terjadi ketika ada tabrakan langsung. Untungnya, tidak ada risiko tabrakan dengan batu ini.
Mendekati Bumi Sejak Tahun Lalu
Algoritma pengamatan bernama HelioLinc3D itu menjelajahi jalur pengamatan ruang angkasa dan mengidentifikasi gambar awal asteroid.
Asteroid itu mendekati Bumi pada September 2022, ketika ia terbang dalam jarak sekitar 7,2 juta kilometer dari planet kita.
Sayangnya saat diamati tahun lalu, cahayanya terlalu redup untuk ditangkap teknologi pengamatan ruang angkasa.
Namun, para astronom di seluruh dunia gagal mendeteksi asteroid dalam data teleskop pada titik mana pun.
Hal ini karena batu besar yang disebut asteroid itu selama ini dikaburkan oleh cahaya bintang Bima Sakti, teman-teman.
Kini, para peneliti sedang menguji algoritma baru yang dibuat khusus untuk mendeteksi asteroid besar dari potongan data kecil.
Observatorium Vera C. dengan teleskop mutakhir di pegunungan Chili juga akan memulai perburuan asteroid di awal 2025.
Baca Juga: Para Astronom Menemukan Kuasi Bulan Baru di Orbit Bumi, Apa Itu?
Cara Bersikap terhadap Barang yang Dipakai, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR