Bobo.id - Teman-teman, pernahkah kamu melihat bukit yang bentuknya kerucut?
Bukit yang benar-benar berbentuk kerucut biasanya kita temukan dari gambar atau karya seni seseorang.
Namun faktanya, di Filipina ada fenomena alam bukit kerucut yang disebut Bukit Cokelat.
Bukit Cokelat yang juga disebut Chocolate Hills, merupakan formasi geologi yang terkenal di Filipina, terutama di provinsi Bohol.
Bersumber dari National Geographic, keunikan dari bukit ini adalah bukit ini akan berubah menjadi cokelat sebelum terguyur hujan.
Sebagai pengingat, bukit adalah bentuk permukaan bumi yang lebih tinggi daripada dataran sekitarnya, tetapi lebih rendah daripada gunung.
Bukit dapat terbentuk melalui berbagai proses geologi, seperti pengendapan sedimen, aktivitas vulkanik, erosi, atau pergerakan lempeng tektonik.
Nah, kali ini kita akan mengenal keunikan yang dimiliki oleh Bukit Cokelat di Filipina. Yuk, simak!
Bukit Cokelat terletak di seluruh Kota Carmen, Batuan dan Sagbayan, Filipina.
Bukit Cokelat terdiri dari sekitar 1.776 bukit kecil berbentuk kerucut yang tersebar menjorok ke atas dari Pulau Bohol, yang disebut Monumen Geologi Nasional Filipina.
Menurut penjelasan ahli geologi, terbentuknya Bukit Cokelat ini karena batuan karst yang terkikis bersamaan dan membentuk perbukitan.
Baca Juga: 3 Contoh Fenomena Alam yang Terjadi karena Pemanasan Global, Apa Saja?
Bukit ini juga memiliki bentuk yang hampir identik, memberikan pemandangan yang unik dan menakjubkan.
UNESCO menjelaskan bahwa bukit ini hampir berbentuk kerucut simetris dan berukuran sama. Ketinggiannya berkisar di antara 100 sampai 500 meter di atas permukaan laut.
Sedangkan persebaran bukit ini sepanjang 32 kilometer.
Bukan tanpa alasan, ternyata nama "Chocolate Hills" berasal dari perubahan warna tanah bukit saat musim kemarau.
Pada saat itu, rumput yang menutupi bukit-bukit tersebut mengering dan berubah menjadi cokelat, memberikan kesan seperti sekelompok permen cokelat.
Pada tahun 2019, Bukit Cokelat yang unik ini diakui sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO.
Bukit Cokelat adalah salah satu atraksi wisata utama di Filipina, yang termasuk daftar tujuan wisata menurut Otoritas Pariwisata Filipina.
Banyak wisatawan datang ke sini untuk menikmati pemandangan yang menakjubkan dari atas bukit.
Di tempat ini juga terdapat Chocolate Hills Complex, taman alam yang dibangun di dekat Bukit Cokelat.
Taman ini menyediakan fasilitas untuk wisatawan, termasuk platform pandang, tempat peristirahatan, dan informasi tentang formasi geologi ini.
Tempat wisata ini semakin menarik karena legenda unik yang melatarbelakanginya.
Baca Juga: Jadi Fenomena Alam Unik, Bagaimana Bisa Ada Gunung Api di Bawah Laut?
Menurut legenda, dua raksasa kuat terlibat dalam pertempuran panjang.
Selama pertarungan, dua raksasa tersebut saling melempar batu besar sampai salah satunya menyerah.
Namun sampai akhir, dua raksasa tidak ada yang mengalah, akhirnya mereka kelelahan dan tidur.
Keesokan harinya, keduanya bangun, berdamai, dan melupakan pertarungan mereka sebelumnya. Sehingga mereka membersihkan batu yang digunakan dalam pertarungan.
Setelah berdamai, dua raksasa meninggalkan tempat tersebut dengan meninggalkan bukit-bukit yang mereka bentuk selama pertempuran.
Seiring berjalannya waktu, rumput tumbuh di atas batu-batu tersebut dan berubah menjadi Bukit Cokelat yang sekarang.
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Ada berapa bukit yang terdapat di dalam kawasan Bukit Cokelat? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Contoh Bentuk Kesenian Tradisional di Indonesia, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR