Bobo.id - Ketika kita melihat langit malam, kita akan melihat beberapa cahaya cerah, seperti bintang dan bulan.
Namun, kalau sedang beruntung kita bisa melihat planet. Bahkan, kita juga bisa melihat cahaya hujan meteor.
Hampir di setiap bulan, ada fenomena hujan meteor. Namun, terlihat atau tidak di daerah kita masih belum diketahui.
Nah, akhir minggu ini adalah kesempatan terbaik untuk melihat fenomena hujan meteor. Namanya, Leonid!
Hujan Meteor Leonid
Bersumber dari Live Science, hujan meteor Leonid akan mencapai puncaknya pada akhir pekan ini, lo.
Ada sekitar 15 'bintang jatuh' per jam ke langit malam pada Jumat malam dan sabtu dini hari (17-18 November).
Namun, hujan meteor tahun ini kemungkinan akan menawarkan pertunjukan bonus tahun itu. Apa, ya?
Ternyata, diprediksi akan ada puncak hujan meteor kedua pada hari Minggu, 19 November. Wah, jadi tak sabar!
Selama puncak Leonid, akan ada 23% bulan sabit bersinar, yang akan terbit segera setelah Matahari terbenam.
Hal ini akan membuat langit menjadi gelap dan membantu kita melihat cahaya meteor dengan lebih jelas.
Baca Juga: Kenapa Komet Bisa Menyebabkan Hujan Meteor? Begini Fakta Menariknya
Meski puncaknya akhir minggu ini, ternyata Leonid aktif sejak 3 November dan berlangsung hingga 2 Desember.
Dari Mana Sumber Leonid?
Seperti kita tahu, 'bintang jatuh' ini sebenarnya adalah meteoroid, partikel kecil yang menghantam atmosfer Bumi.
Bintang itu lalu memanas dan menguap, melepaskan energi yang terlihat sebagai seberkas cahaya di langit.
Partikel-partikel itu biasanya berasal dari komet yang melintasi jalur orbit Bumi yang mengelilingi Matahari.
Nah, sumber Leonid adalah komet kecil bernama 55P/Tempel-Tuttle, yang berada di tata surya tiap 33 tahun.
Bersumber dari NASA, kunjungan terakhirnya terjadi pada tahun 1998 dan akan terjadi lagi pada tahun 2031.
Meteor dari hujan meteor Leonid dianggap sangat cepat. Sebab, ia melaju dengan kecepatan 71 km per detik!
Angka ini terlalu cepat jika kamu melihat meteor melalui teleskop, namun teropong bintang bisa membantu.
Termasuk Meteor Sangat Terang
Meski tingkat meteor yang dihasilkan rendah, Leonid termasuk meteor yang sangat terang dan melesat cepat.
Baca Juga: 11 November Akan Ada Puncak Hujan Meteor Taurid Utara, di Mana Bisa Terlihat?
Apalagi, meteor Leonid sesekali menghasilkan badai. Yap, setiap 33 tahun sekali ada banyak sekali meteor dihasilkan.
Bersumber dari Live Science, setiap 33 tahun atau lebih, hujan meteor Leonid menghasilkan 1.000 meteor per jam.
Pada peristiwa tahun 1966, ada banyak sekali meteor yang terlihat selama 15 menit sehingga tampak seperti hujan.
Namun, badai meteor Leonid terbaru terjadi pada tahun 2002, sehingga badai berikutnya baru terjadi pada 2035.
Dari Mana Asal Cahaya Meteor?
Seperti kita tahu, hujan meteor adalah fenomena ketika meteor memasuki Bumi dengan kecepatan tinggi.
Gesekan dengan udara menyebabkan partikel-partikel itu memanas dan menghasilkan cahaya dari permukaan.
Cahaya yang dihasilkan ini dapat berupa warna-warni dan biasanya hanya terlihat selama beberapa detik.
Kadang-kadang bisa juga menghasilkan suara gemuruh atau ledakan ketika meteor yang lebih besar memasuki atmosfer.
Meteor yang sering dikira bintang jatuh itu warnanya berbeda-beda. Ada yang merah, oranye, hijau, dan ungu.
Nah, itulah informasi terkait hujan meteor Leonid yang akan mencapai puncaknya akhir pekan ini. Tertarik melihat?
Baca Juga: Akan Ada Puncak Hujan Meteor Taurid Selatan pada 5 November, Ini Faktanya
----
Kuis! |
Ada berapa meteor per jam di puncak hujan meteor Leonid? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | NASA,Live Science |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR