Interaksi itu melahirkan penyerapan budaya Eropa ke dalam budaya Indonesia, salah satunya soal kuliner.
Sejak itu, sebagian masyarakat Indonesia mulai terpengaruh kuliner Belanda dan alami perubahan selera.
Masyarakat Indonesia mulai merasa kue tradisional itu teksturnya lengket dan juga tidak awet, teman-teman.
Ini berbeda dengan kue kering yang tetap enak walaupun sudah disajikan selama berminggu-minggu.
Hal ini membuat makanan tradisional yang terbuat dari sagu dan tepung ketan mulai ditinggalkan masyarakat.
Kue kering akhirnya jadi sajian wajib dan simbol perayaan. Tak hanya Lebaran, tapi juga perayaan lainnya.
Bisa Mempererat Tali Silaturahmi
Lebaran menjadi salah satu momen hangat yang biasanya dihabiskan bersama keluarga atau kerabat dekat.
Di momen inilah banyak keluarga menyajikan kue kering untuk menjamu para tamu yang datang bersilaturahmi.
Fungsi kue kering untuk memperkuat tali silaturahmi ini juga ditunjukkan dan dimulai pada awal abad ke-20.
Saat Lebaran, orang Eropa akan memberikan kue kering kepada masyarakat Indonesia yang merayakan.
Baca Juga: Tradisi Lebaran Menarik, Bagaimana Sejarah Munculnya Hampers Lebaran?
Bertemu Karakter Favorit di Doraemon Jolly Town MARGOCITY, Apa Saja Keseruannya?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR