Bobo.id - Nasi merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia dan beberapa negara di Asia lainnya.
Karena itu, nasi selalu tersedia sebagai makanan utama yang makan bersama beberapa jenis lauk pauk atau sayur.
Tapi tahukah kalau nasi juga bisa mengalami kerusakan hingga tidak layak dikonsumsi?
Nasi bisa mengalami kerusakan karena kualitas beras, cara memasak, atau menyimpannya yang salah.
Nah, kondisi nasi yang rusak tentu tidak akan memiliki rasa enak dan juga bisa mengandung banyak kuman atau bakteri penyebab penyakit.
Jadi, agar terhindar dari nasi berkualitas buruk, teman-teman perlu tahu ciri-ciri dari nasi yang tidak layak dimakan, berikut akan dijelaskan.
1. Bau Tidak Sedap
Salah satu tanda paling jelas bahwa nasi sudah tidak layak dikonsumsi adalah adanya bau tidak sedap.
Nasi yang baru dimasak biasanya memiliki aroma harum yang khas, terutama jika dimasak dengan jenis beras yang wangi seperti beras pandan atau basmati.
Namun, jika nasi mulai mengeluarkan bau asam, busuk, atau bau lain yang tidak sedap, itu merupakan indikasi bahwa nasi tersebut sudah mulai mengalami fermentasi atau pembusukan.
Proses fermentasi dan pembusukan ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang berkembang biak pada nasi.
Baca Juga: Tidak Terasa Manis, Tapi Kenapa Nasi Bisa Tingkatkan Kadar Gula Darah?
Konsumsi nasi yang sudah berbau tidak sedap bisa menyebabkan keracunan makanan dengan gejala seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut.
2. Perubahan Tekstur
Tekstur nasi juga bisa menjadi indikator apakah nasi tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak.
Nasi yang baru dimasak biasanya memiliki tekstur yang lembut, pulen, dan kenyal.
Namun, seiring waktu, nasi yang disimpan dalam suhu ruangan atau dalam kondisi tidak tepat bisa mengalami perubahan tekstur.
Nasi yang sudah tidak layak konsumsi sering kali menjadi kering, keras, atau lengket dengan tampilan yang menggumpal.
Perubahan tekstur ini sering disebabkan oleh pertumbuhan bakteri dan jamur, serta proses oksidasi yang terjadi pada nasi.
Jika nasi sudah berubah teksturnya menjadi keras atau lengket, sebaiknya jangan dikonsumsi, ya.
3. Pertumbuhan Jamur
Pertumbuhan jamur pada nasi adalah tanda yang sangat jelas bahwa nasi tersebut sudah tidak layak dikonsumsi.
Jamur biasanya muncul sebagai bintik-bintik kecil berwarna hijau, biru, atau hitam pada permukaan nasi.
Baca Juga: Mengapa Ketupat Sebabkan Lebih Cepat Kenyang daripada Nasi? Ini Alasannya
Dalam kondisi yang lebih parah, jamur bisa membentuk lapisan berbulu yang lebih mudah terlihat.
Jamur tumbuh pada nasi karena kondisi kelembapan dan suhu yang mendukung pertumbuhannya.
Mengonsumsi nasi yang sudah ditumbuhi jamur bisa sangat berbahaya karena jamur dapat menghasilkan mikotoksin, senyawa beracun yang bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan mulai dari alergi hingga keracunan serius.
4. Kehadiran Serangga atau Larva
Kehadiran serangga atau larva pada nasi merupakan tanda lain bahwa nasi tersebut sudah tidak layak dikonsumsi.
Nasi yang disimpan dalam waktu lama, terutama dalam kondisi yang tidak higienis, bisa menarik perhatian serangga seperti kutu beras.
Kutu beras dan larvanya bisa bertelur dan berkembang biak pada nasi, yang tidak hanya mengotori nasi tetapi juga meningkatkan risiko kontaminasi bakteri dan jamur.
Jika teman-teman menemukan adanya serangga atau larva pada nasi, segera buang nasi tersebut dan bersihkan tempat penyimpanannya secara menyeluruh.
Nah, itu beberapa ciri dari nasi yang kondisinya sudah tidak layak dimakan serta bisa menyebabkan masalah kesehatan.
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
Baca Juga: Makanan Pengganti Nasi yang Populer, Ini 5 Fakta Unik Gandum
----
Kuis! |
Apa dampak salah dalam memasak daging kambing? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR