Bobo.id - Halo, teman-teman! Kita simak bersama-sama dongeng anak Majalah Bobo berikut ini, yuk!
Roti Raksasa
Cerita oleh: Anita Ratnayanti
Raja Goro sangat gemuk sebab ia gemar sekali makan makanan lezat. Ia punya seorang juru masak ahli di istananya. Hugo namanya. Tidak seperti Raja Goro, tubuh Hugo tinggi dan kurus. Hugo sangat pandai memasak dan membuat kue. Karena itu raja sangat sayang kepadanya.
Suatu hari, Raja Goro berkata pada Hugo,
“Tolong buatkan aku roti yang lezat!”
“Baik, Raja!” sahut Hugo.
Hugo pun mulai menyiapkan semua bahan untuk membuat kue. Telur ayam dulu puluh empat butir, satu kilogram mentega, dan sedikit ragi. Hugo menuang semua bahan itu ke sebuah mangkuk besar.
Hugo lalu mengambil lima kilogram tepung dari lemari persediaan bahan makanan. Saat Hugo pergi, ia menyenggol rak di dekat adonan.
O o…, seketika, dus berisi ragi di atas rak itu terguling rebah. Isinya tumpah semua dan masuk ke dalam adonan.
Tak lama, Hugo datang membawa sekantong tepung. Ia menuang tepung ke dalam mangkuk besar adonan itu. Hugo tak tahu kalau ada banyak ragi tertumpah di adonan itu.
Baca Juga: Dongeng Anak: Sahabat Sahabat Baru Tovo
Hugo mencampur semua bahan itu. Ia kemudian menuang adonan itu ke loyang dan memasukkannya ke dalam oven. Tak lama, terciumlah aroma kue yang harum dari dalam oven.
Raja Goro masuk ke dapur dengan tergopoh-gopoh.
“Oh oh.. harum sekali aroma roti ini! Kau memang pintar membuat roti, Hugo. Mudah-mudahan rasanya pun lezat,” kata Raja Goro gembira.
Tiba-tiba terdengar letupan keras dari dalam oven.
DOOOR! DOOOR!
“Oh, apa itu?” tanya Raja Goro terkejut.
Hugo segera memeriksa oven.
Ternyata bagian atas oven itu jebol, terdesak roti yang mengembang di dalamnya. Pelan pelan puncak roti itu menyembul keluar oven.
“Oh kau terlalu banyak mencampurkan ragi ke dalam adonan kue itu, Hugo!”
Hugo kebingungan. Iya yakin, hanya menuang sedikit ragi sesuai resep yang biasa ia pakai. Sementara, roti itu terus mengembang.
“Cepat lakukan sesuatu!” perintah Raja Goro.
Baca Juga: Dongeng Anak: Payung Ajaib
Karena bingung, Hugo melompat ke atas roti. Celakanya roti itu terus
mengembang sehinggang menjebolkan langit-langit dan atap dapur istana.
“Raja, tolong matikan kompor itu!” teriak Hugo dari atas roti.
Raja Goro segera mematikan kompor. Kini, roti itu tidak mengembang lagi. Namun puncak roti itu sudah setinggi pohon yang tumbuh di halaman istana. Raja Goro pergi ke halaman istana sambil membawa sebuah teropong. Ia bergumam cemas.
“Oh celaka! Bagaimana cara menurunkan Hugo dari atas roti itu?! Aku bisa kelaparan kalau ia terus menerus berada di atas sana.”
Raja Goro kemudian berpikir.
“Mm, sebaiknya kusuruh saja ia memakan roti itu!”
Raja pun berteriak lantang.
“Hugo makanlah rot itu supaya kau bisa cepat turun!”
“Baik, Raja!” sahut Hugo.
Lalu Huigo mulai memakan puncak roti itu. Namun roti itu sangat besar. Hugo perlu waktu dua minggu untuk memakannya hingga dapat menginjak tanah halaman istana.
Baca Juga: Dongeng Anak: Kisah Dua Anak Raja
“Kini hamba siap membuat kue dan masakah lagi untuk paduka,” kata Hugo.
Raja Goro memandang Hugo dengan mata terbelalak. Lalu dengan suara tak percaya Raja berseru,
“Astaga, badanmu kini sangat gemuk, Hugo!”
“Sebab hamba makan roti sangat banyak, Paduka,” sahut Hugo tersipu.
Ia pun menyesali kesalahannya,
“Maafkan hamba, Paduka. Karena kecerobohan hamba, hamba telah membuat badan Paduka menjadi sangat kurus begini.”
Raja Goro baru tahu kalau tubuhnya kini kurus. Ia teringat selama dua minggu ini, ia belum makan apa pun. Namun ia tidak memarahi Hugo.
“Kalau begitu, cepat siapkan makanan yang lezat, Hugo! Supaya aku cepat gemuk lagi,” kata Raja Goro sambil tertawa.
Baca Juga: Dongeng Anak: Seribu Gigi Naga
Tonton video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Analisa Klub: Liverpool, Kini Dicap Gagal tapi Sejatinya Tampil di Luar Ekspektasi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR