Mereka baru akan berdebat panjang ketika tiba-tiba handphone Mama Chessa berbunyi. Lima menit kemudian, wajah Mama Chessa tampak berubah.
“Sayang, maaf ya, Mama harus segera ke kantor. Ada tugas liputan mendadak, nih!” sesal Mama Chessa.
“Yaaa, Mama! Selalu begitu! Terus, gimana baju olahraganya?”
“Baju ini bagus, Sayang. Pas dengan Kulitmu yang putih,” bujuk Mama. Tidak ada pilihan lain.
Karena buru-buru, Chessa terpaksa mengambil baju itu. Yups! Dan itulah yang terjadi. Si pisang lompat tali jadi olok-olokan buat Chessa. Grrrhhh, Chessa pengen marah, tapi enggak bisa! Kalau dia marah-marah, pasti Lica bakal tambah puas.
“Lica kan memang suka kayak gitu, Chess. Dia paling suka mencela baju orang lain,” hibur Fio.
“Ingat enggak, dengan kasus belalang kupu-kupu?” Mau tak mau, Chessa tersenyum.
Waktu itu, ada ekskul renang. Fio pakai baju renang warna hijau yang sedikit mencolok. Lica mengolok-oloknya dan memanggilnya belalang kupu-kupu.
“Lica perlu diberi pelajaran,” kata Fio.
“Aduuuh, siapa yang tahan sih, dengan ledekan Lica? Awalnya lucu, tapi lama-lama menyebalkan!” gerutu Chessa.
“Kita kirim Lica ke Pluto aja, deh!” kata Fio kesal. Chessa mengacungkan kedua jempolnya tanda setuju. Tak ada jalan keluar yang masuk akal. Rasanya, semua jalan tertutup batu. Chessa Mengerutkan dahinya. Fio memainkan tali-tali bajunya yang berwarna kuning. Kedua anak itu berpikir keras.
Baca Juga: Cerpen Anak: Manyol
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR