"Hiihaa,” Ika memperhatikan Iko yang juga asik menonton. Setiap kali ayah dan Ika berteriak yaa, paypay atau hiihaa, Iko juga tidak ketinggalan. la sudah mengerti, kapan harus berteriak yaa, paypay, dan kapan harus teriak hiihaa.
"Hmm, aku dapat akal!" gumam Ika tiba-tiba.
Keesokan harinya, ketika Iko pipis di celana lagi, Ika berteriak keras-keras.
"Iko pipis di celana?! Yaa, paypay.”
Iko kaget dan terheran-heran mendengar teriakan kakaknya itu. Iko tidak suka dibilang paypay!
"Memangnya Iko salah tembak? Kok, dibilang paypay,” tanya Iko bingung.
"Iko bukannya salah tembak, tapi salah pipis! Kalau pipis, ya, di WC! Bukan di celana! Jadi, setiap kali Iko pipis di celana, Kakak akan teriak, yaa, paypay,” ucap Ika bersemangat.
"Jadi, kalau Iko pipis di WC, Kak Ika akan teriak hiihaa... Begitu, ya, Kak?!" tanya Iko penasaran.
"He emm!" jawab Ika sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sore harinya, mama Ika dan Iko sudah agak sehat. Mereka berempat berkumpul di ruang keluarga. Mengobrol sambil menikmati teh manis dan pisang goreng. Iko suka sekali makan pisang goreng. Sudah tiga potong dilahapnya. Ketika akan mengambil pisang goreng keempat, tiba-tiba mata Iko melotot. Sepertinya ia sedang merasakan sesuatu. Dan, "Whussh!" Iko berlari cepat menuju ke belakang.
"Kenapa, tuh, anak?" gumam Pak Tie bingung. Istrinya juga ikut-ikut bingung. Tak lama kemudian Iko muncul lagi sambil membetulkan kancing celana pendeknya.
"Kak Ika! Hiihaa! seru Iko riang.
"Ha ha ha! Hiihaa!" seru Ika sambil terbahak-bahak.
Pak Tie dan istrinya semakin bingung melihat tingkah aneh kedua anaknya itu. Dengan bangga Ika lalu menerangkan pada kedua orangtuanya. Iko tadi telah berhasil pipis di WC. Tidak pipis celana lagi! Mama dan papa memuji kepintaran Ika.
"Kalau begitu, sekarang Iko sudah hiihaa!" celetuk Mama kocak. Mereka semua tertawa terbahak-bahak.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: V. Parengkuan.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR