Suatu hari, sekolah Ika dan Iko libur. Tapi sayang, mereka tidak bisa berlibur kemana-mana. Mama mereka sedang tidak enak badan. Bi Ras sedang pulang kampung lagi!
Supaya tidak mengganggu istirahat istrinya, Pak Tie mengajak kedua anaknya bermain di ruang kerjanya. la bekerja sambil mengawasi Ika dan Iko. Ika, 9 tahun, sibuk menembaki papan sasaran yang digantung di dinding dengan peluru pistol-pistolannya.
"Kak, Iko pipis?” bisik Iko sepelan mungkin. Tapi tetap saja terdengar oleh telinga Pak Tie yang tajam.
"Aduh, Iko! Papa, kan, sudah bilang! Kalau mau pipis, bilang-bilang! Jangan pipis di celana!" tegur Pak Tie kesal. la memandang jengkel gambar pulau besar di karpetnya akibat pipis Iko.
"Tadi Iko sudah bilang Kak Ika, Kak, Iko pipis!" ujar Iko polos.
"lya! Tapi Iko bilangnya sesudah pipis. Ya, percuma! Celana Iko sudah keburu basah! Karpet Papa juga keburu belepotan pipis Iko!" marah Ika.
Kesal hati Ika karena ia yang harus mengganti celana Iko.
"Huh! Sudah umur empat tahun masih pipis di celana!" gerutu Ika.
Iko memang keterlaluan. Sudah berulang kali ia dinasehati, "Kalau rasa pipis, segera pergi ke WC. Jangan ditahan-tahan!"
Tapi, dasar Iko! Jika sedang asik bermain, ia malas pergi ke WC walau sudah kebelet pipis. Akibatnya, kalau sudah tak tertahan..., coorrr! Pipis di celana, deh!
Setelah mengganti celana Iko, Ika memasang video film koboi. Pak Tie berhenti bekerja. Lalu bergabung dengan Ika dan Iko menonton film. Ika dan ayahnya memang suka sekali nonton film koboi. Iko juga ikut-ikutan suka. Kalau ketiga orang itu sedang nonton, ributnya minta ampun. Apalagi kalau sudah ada adegan tembak-menembak.
"Yaa, pay pay!” begitu teriakan Ika dan ayahnya jika tembakan seorang koboi jagoan meleset. Maksudnya, payah. Sebaliknya, jika tembakan kena pada sasarannya, mereka akan berteriak gembira.
"Hiihaa,” Ika memperhatikan Iko yang juga asik menonton. Setiap kali ayah dan Ika berteriak yaa, paypay atau hiihaa, Iko juga tidak ketinggalan. la sudah mengerti, kapan harus berteriak yaa, paypay, dan kapan harus teriak hiihaa.
"Hmm, aku dapat akal!" gumam Ika tiba-tiba.
Keesokan harinya, ketika Iko pipis di celana lagi, Ika berteriak keras-keras.
"Iko pipis di celana?! Yaa, paypay.”
Iko kaget dan terheran-heran mendengar teriakan kakaknya itu. Iko tidak suka dibilang paypay!
"Memangnya Iko salah tembak? Kok, dibilang paypay,” tanya Iko bingung.
"Iko bukannya salah tembak, tapi salah pipis! Kalau pipis, ya, di WC! Bukan di celana! Jadi, setiap kali Iko pipis di celana, Kakak akan teriak, yaa, paypay,” ucap Ika bersemangat.
"Jadi, kalau Iko pipis di WC, Kak Ika akan teriak hiihaa... Begitu, ya, Kak?!" tanya Iko penasaran.
"He emm!" jawab Ika sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sore harinya, mama Ika dan Iko sudah agak sehat. Mereka berempat berkumpul di ruang keluarga. Mengobrol sambil menikmati teh manis dan pisang goreng. Iko suka sekali makan pisang goreng. Sudah tiga potong dilahapnya. Ketika akan mengambil pisang goreng keempat, tiba-tiba mata Iko melotot. Sepertinya ia sedang merasakan sesuatu. Dan, "Whussh!" Iko berlari cepat menuju ke belakang.
"Kenapa, tuh, anak?" gumam Pak Tie bingung. Istrinya juga ikut-ikut bingung. Tak lama kemudian Iko muncul lagi sambil membetulkan kancing celana pendeknya.
"Kak Ika! Hiihaa! seru Iko riang.
"Ha ha ha! Hiihaa!" seru Ika sambil terbahak-bahak.
Pak Tie dan istrinya semakin bingung melihat tingkah aneh kedua anaknya itu. Dengan bangga Ika lalu menerangkan pada kedua orangtuanya. Iko tadi telah berhasil pipis di WC. Tidak pipis celana lagi! Mama dan papa memuji kepintaran Ika.
"Kalau begitu, sekarang Iko sudah hiihaa!" celetuk Mama kocak. Mereka semua tertawa terbahak-bahak.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: V. Parengkuan.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR