Hari Jumat adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Sinta. Artinya Bapak akan pulang dan bisa makan bersama lagi berempat, dengan Ibu dan adik. Bapak bekerja di Denpasar, sedangkan Sinta dan keluarga lainnya tinggal di Singaraja, butuh sekitar 3-4 jam perjalanan.
Sinta tidak sabar bercerita pada Bapak tentang ulangan matematika yang sangat susah di sekolah. Bapak yang bekerja sebagai guru pasti akan membantu Sinta belajar, begitulah pikir Sinta.
“Bu, ayo kita masak makan malam. Nanti sore pasti Ayah sudah sampai di rumah seperti biasa,” kata Sinta bersemangat. Tidak seperti biasanya, Ibu diam dan tersenyum saja. Setiap Jumat pagi, Ibu biasanya akan membeli bahan makanan yang lebih banyak dari biasanya di Pasar Banyuasri, Singaraja, tetapi Sinta tak melihatnya di dapur.
“Ibu kenapa?” tanya Sinta.
“Sin, sepertinya Bapak belum bisa pulang hari ini,” kata Ibu dengan raut wajah sedih.
“Kenapa Bu?” mata Sinta sudah berkaca-kaca.
“Kata Bapak, ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawab Ibu.
“Berarti hari Sabtu Bapak pulang?” tanya Sinta.
“Bapak baru bisa pulang Jumat minggu depan Sin,” jawab Ibu.
Sinta tidak dapat menahan tangis. Ia mengusap air matanya. Ibu segera memeluk Sinta.
“Sinta kangen sama Bapak Bu,” kata Sinta.
“Ibu juga, kita bisa telepon Bapak yah Sin. Sabar nggih gek (panggilan untuk perempuan),” kata Ibu.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR