Ada 5 masjid tanpa kubah di Indonesia. Beberapa bentuk bangunannya ada yang unik dan salah satunya pernah mendapatkan penghargaan di dunia internasional, lo.
Kubah
Kubah (bentuknya hampir mirip setengah bola tertelungkup) biasanya memang identik dengan masjid, tempat beribadah umat muslim. Padahal sebenarnya dalam sejarahnya, kubah itu bukan berasal dari dari arsitektur islam. Meskipun demikian, perkembangan yang ada membuat kubah menjadi salah satu komponen terpenting dalam membangun masjid. Namun, bukan berarti masjid yang tidak pakai kubah tidak menarik dan tidak dapat dijadikan tempat ibadah, lo.
Nah berikut ini adalah masjid tanpa kubah yang ada di tanah air.
Terletak di Kampung Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Dengan gaya arsitektur bertumpuk tiga (tajug tumpang tiga) dan 1 menara, masjid ini berdiri kokoh tanpa kubah sejak didirikan oleh Raden Patah sekitar abad ke 15 Masehi.
2. Masjid Agung Banten
Selain Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten juga merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan sejarah. Walau tidak memiliki kubah, namun mesjid ini mudah dikenali berkat bentuk menaranya yang unik, karena menyerupai mercusuar. Selain itu arsitektur bangunannya merupakan perpaduan dari Jawa Hindu, Eropa, dan Cina.
Selain dijadikan tempat ibadah, masjid tanpa kubah ini juga dijadikan sebagai objek wisata religi, karena di dalamnya juga tersimpan peninggalan bersejarah kerajaan islam Banten sekitar abad ke 16 Masehi.
3. Masjid Cut Meutia
Masjid Cut Meutia yang berdiri kokoh di kawasan Menteng, Jakarta pusat ini juga merupakan masjid tanpa kubah, teman – teman. Masjid ini memiliki sejarah yang cukup panjang, karena sebelum menjadi tempat ibadah bangi umat muslim.
Ternyata masjid yang dijadikan sebagai salah satu cagar budaya ini, sebelumnya adalah gedung milik pemerintahan kolonial Belanda yang fungsinya beberapa kali berubah ubah. Dari kantor perusahaan pengembang Belanda, Kantor Pos Belanda, Kantor Jawatan Kereta Api Belanda, bahkan kantor angkatan laut Jepang.
Penulis | : | Eka Kartika |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR