Dek Mila hanya melihat teman-temannya belajar bersama. Ia merasa malu dan takut mendekat. Pertama, karena ia murid baru. Kedua, karena badannya yang paling besar diantara yang lain. Ketiga, karena ia merasa menjadi satu-satunya yang tidak bisa membaca.
“Dek, kok enggak ikut belajar sama-sama?” tiba-tiba Pak Agus mengagetkan.
Dek Mila hanya menggeleng lalu menunduk dan berlari. Pak Agus mengamati Dek Mila dari jauh dan memikirkan sesuatu.
Dek Mila memang berbeda dari siswa kelas satu lainnya. Ia sudah berusia 7 tahun lebih beberapa bulan. Ia baru masuk SD karena baru dapat beasiswa. Kedua orang tua Mila tidak punya biaya untuk menyekolahkannya. Mila tak pernah ikut PAUD atau TK, jadi ketika teman-temannya sudah lancar membaca, Mila masih mengeja.
Di kelas, Dek Mila jadi anak yang pendiam karena malu. Sebenarnya, ia ingin ikut bermain dan belajar bersama, tetapi ia terlanjur malu.
“Hoooooiii!” Bayu mengagetkan Dek Mila dari belakang. Dek Mila hampir melompat dari tempat duduknya.
“Bayu bikin kaget saja,” kata Dek Mila dengan wajah cemberut.
“Dek Mila sih sendirian aja,” kata Bayu. “Dek, besok ikut belajar ba……”
“Enggak mau, ah, Yu!” jawab Dek Mila memotong kalimat Bayu.
“Lo? Aku belum selesai ngomong. Besok kita ke pasar pagi-pagi. Kita belajar di sana,” kata Bayu.
“Ke pasar? Belajar? Maksudnya belanja?” kata Dek Mila.
“Yeee! Diajak belajar, malah belanja. Ada kakak-kakak baik yang mengajar di pasar!” kata Bayu.
Hari Minggu saat libur sekolah, akhirnya Dek Mila dan Bayu pergi ke pasar untuk belajar. Dek Mila masih bingung, kenapa belajar malah di pasar? Namun, ia ikut saja.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR