Aku mengaduk agar-agar sampai mendidih. Lalu, Mak Yun menuang agar-agar matang ke dalam cetakan. Setelah mencuci panci, Mak Yun berkata, “Sekarang, kita membuat agar-agar hijau. Tadi Nadya bisa bekerja sendiri. Sekarang, buktikan kita bisa bekerja sama!”
“Yeee…!” Anak-anak bersorak, kecuali aku. Agar-agar hijau kami buat bersama. Arum memasukkan air ke dalam panci yang kupegang. Tata menuang gula, Tito menuang garam. Arum memasukkan bubuk agar-agar dan Tito mengaduknya agar larut. Di atas kompor, Liman mengaduk agar-agar sampai matang.
Agar-agar hijau dikerjakan lebih cepat. Namun, aku tak senang.
Mak Yun mengerti perasaanku. Setelah kami menikmati agar-agar yang dingin dan pamit pulang, Mak Yun memberiku sekotak agar-agar sembari berpesan, ”Tunjukkan pada mamamu. Agar-agar merah buatanmu sendiri, yang hijau hasil kerja sama.”
“Tadi aku mau menang sendiri, ya, Mak?” tanyaku.
“Hmm, lihat, bersama-sama itu menyenangkan, kan? Pekerjaan jadi cepat selesai dan kita bisa lebih akrab dengan teman-teman,” ujar Mak Yun. Aku diam saja.
Pernah Mak Yun memintaku membacakan koran untuknya. Koran belum selesai dibaca, mata Mak Yun telah lelah. Sebenarnya aku tak begitu suka membaca. Jadi, aku hanya mau membaca satu berita. Kolom yang dipilih Mak Yun ternyata cerita anak-anak. Aku jadi asyik membacanya. Mak Yun kemudian menyuruhku membaca puisi di bawah kolom cerita.
Aku berdiri, membaca puisi dengan gaya. Mak Yun bertepuk tangan. Mak Yun memang Sering mengajakku membaca buku cerita atau majalah bersama-sama.
Setelah membaca, biasanya Mak Yun berkebun. Di sisi pagar rumahnya, ada berbagai macam tanaman. Ia paling suka bunga mawar. Mawarnya bermacam-macam dan berwarna-warni.
***
Suatu hari, Mak Yun membeli tanaman mawar lagi.
“Mak, bolehkah aku menanam bunga mawar ini?” pintaku.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR