Hari demi hari berlalu. Setiap pagi kedua anak itu menengok pot tanaman mereka. Benih itu tak kunjung tumbuh. Setelah 3 hari, Runi mulai panik. Ia bertanya-tanya pada teman sekolahnya yang lain.
“Apakah benih kalian tumbuh?” tanya Runi pada teman-temannya.
“Benihku belum tumbuh,” jawab Naura.
“Di potku malah tumbuh rumput ha ha ha,” kata Amir.
“Benihku tumbuh dengan subur. Nih, lihat fotonya,” pamer Nadia.
“Punyaku juga. Nih, lihat. Bahkan sudah ada kuntum bunganya,” sahut Adit.
“Rudi, lihat. Benih yang ditanam teman-teman kita bisa tumbuh. Kok, punya kita tidak?” bisik Runi.
Esoknya, kedua anak itu kembali melihat pot mereka. Benih di pot itu tetap tidak ada yang tumbuh. Runi ngambek tidak mau lagi menyirami potnya. Sementara Rudi masih memiliki harapan kalau dari potnya akan tumbuh bunga matahari yang indah. Ia tetap menyirami potnya dan juga pot Runi. Namun yang tumbuh malah tunas rumput kecil.
Setelah seminggu mendapat tugas menanam benih, mereka harus membawa pot-pot itu ke sekolah. Runi dan Rudi membawa pot mereka dengan wajah sendu. Sempat terpikir oleh mereka untuk membawa pot lain yang berisi tanaman yang ditanam oleh Pak Marno. Akhirnya mereka tetap membawa pot mereka yang ditumbuhi rumput itu. Runi dan Rudi membawanya di dalam kantong kertas karena malu.
“Tunjukkan benih yang kalian tanam. Letakkan di atas meja,” kata Bu Guru.
Dengan wajah malu Runi dan Rudi meletakkan pot mereka di atas meja. Sambil menunduk mereka melirik meja-meja lain. Ternyata ada cukup banyak anak yang benihnya tidak tumbuh. Ada juga yang ditumbuhi rumput. Hanya ada 2 anak yang ada tanaman di potnya.
“Selamat kepada yang tanamannya tidak tumbuh,” kata Bu Guru.
“Hah? Ibu tidak salah ngomong?” tanya Runi dengan berani.
“Tidak. Ibu tidak salah ngomong. Benih itu memang tidak bisa tumbuh. Benih itu adalah kuaci yang diasinkan. Ibu mengucapkan selamat atas kejujuran kalian,” ujar Bu Guru.
Penjelasan Bu Guru itu disambut dengan sorak-sorai anak-anak sekelas. Diam-diam, Nadia dan Adit menyembunyikan potnya. Mereka berdua malu karena telah menukar benih yang diberikan dengan benih lain yang bisa tumbuh. Runi dan Rudi teringat tentang benih kejujuran yang dikatakan oleh Datuk. Sepertinya Datuk sudah tahu kalau benih itu tidak bisa tumbuh karena sudah diolah menjadi kuaci.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR