Di tepi sebuah hutan, hiduplah seorang ibu yang tinggal di gubuk sederhana. Suaminya telah lama meninggal. Ibu ini mempunyai dua putri bernama Putih Salju dan Merah Mawar.
Kedua anak gadis itu sangat cantik dan baik hati. Hewan-hewan di hutan menyukai mereka.
Suatu hari, ada yang mengetuk pintu rumah mereka. Putih Salju mengintip dari jendela. Ternyata seekor beruang besar.
“Kita tidak mungkin membuka pintu untuk beruang!” kata Putih Salju bingung.
“Kalau kita dimakan, bagaimana?” ujar Merah Mawar ikut cemas.
“Kalau beruang itu merusak pintu, bagaimana? Kita mau berlari kemana?” kata ibu mereka panik.
Akan tetapi, terdengar suara berat dari balik pintu.
“Jangan takut! Aku tidak akan memakan kalian. Aku cuma kedinginan dan ingin menghangatkan tubuhku di perapian!”
Ternyata, beruang itu yang berbicara. Putih Salju dan Merah Mawar saling pandang. Mereka lalu memberanikan diri membuka pintu rumah mereka.
Seketika, seekor beruang besar itu masuk ke dalam rumah. Ia tampak menggigil kedinginan. Rasa takut kedua gadis cantik itu segera hilang. Mereka buru-buru membersihkan bulu Beruang Besar dari salju. Lalu mengajak si Beruang Besar duduk dekat perapian agar tetap hangat.
Sejak hari itu, kedua gadis itu berteman dengan Beruang Besar. Mereka bermain, menari bersama. Beruang Besar juga menemani mereka mencari kayu di hutan. Sesekali, Beruang Besar itu pergi entah kemana. Namun ia selalu kembali.
Sampai pada suatu hari, Beruang Besar tampak sedih. “Sahabat-sahabatku, kali ini, aku akan pergi dan mungkin tidak akan kembali. Aku harus mengurus harta warisanku yang dicuri oleh para kurcaci!”
Putih Salju dan Merah Mawar sangat sedih ketika Beruang Besar mengucapkan selamat tinggal.
Waktu pun berlalu…
Suatu hari, Putih Salju dan Merah Mawar pergi ke hutan mencari kayu bakar. Karena saat itu sedang musim hujan, mereka sulit menemukan ranting-ranting kering. Mereka terus berjalan sampai ke hutan yang lebih dalam. Saat menunduk mengambil beberapa ranting, mereka tanpa sengaja menemukan sebuah gua.
Karena penasaran, Putih Salju dan Merah Mawar masuk ke dalam gua itu.
“Astaga… ini gua harta karun!” seru Merah Mawar terkejut.
Putih Salju juga terbelalak kaget. Gue itu penuh dengan peti-peti berisi harta karun. Di saat mereka masih terbelalak melihat koin-koin emas dan perhiasan, tiba-tiba terdengar suara bentakan,
“Mau apa kalian di sini? Kalian pasti mata-mata!”
Putih Salju dan Merah Mawar semakin terkejut. Dari dalam gua, muncul kurcaci berewokan dengan wajah galak. Ternyata ia Kurcaci Penyihir. Ia mengangkat kedua tangannya, “Kalian akan kusihir menjadiii…”
“GRAUUU…”
Tiba-tiba, muncul Beruang Besar dari luar gua. Ia langsung menyerang Kurcaci Penyihir sampai ia jatuh terjerembab dan pingsan. Beruang Besar lalu melangkah mendekati Putih Salju dan Merah Mawar. Kedua gadis itu mundur ketakutan.
“Putih Salju, Merah Mawar, jangan takut. Aku Beruang Besar sahabat kalian dulu…” kata Beruang Besar.
Kedua gadis itu sangat lega, lalu berlari memeluk sahabat mereka itu. Namun anehnya, bulu beruang itu tiba-tiba jatuh ke bawah seperti jubah. Putih Salju dan Merah Mawar kembali terbelalak. Di depan mereka kini berdiri seorang pemuda tampan berbaju keemasan.
Belum hilang kaget mereka, tiba-tiba tubuh Kurcaci Penyihir berubah menjadi asap dan menghilang dari tempat itu. Sang pangeran menjelaskan pada mereka,
“Sebenarnya, aku seorang raja muda. Kurcaci Penyihir ini mencuri harta dari istanaku, lalu menyihir aku menjadi beruang besar. Terimakasih karena kalian sudah menemukan gua persembunyian Kurcaci Penyihir ini. Juga menemukan hartaku. Jika gua persembunyian Kurcaci Penyihir ini ditemukan, maka kekuatan sihirnya langsung lenyap.”
Pangeran itu lalu membuatkan rumah yang indah untuk Putih Salju, Merah Mawar, dan ibunya di dekat istana. Mereka tetap bersahabat selamanya.
Teks: L. Olivia
Dok. Majalah Bobo
Source | : | dok. Majalah Bobo,folklore |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR