Benar, saja! Tepat ketika lonceng berdentang untuk ke-12 kalinya, gaun biru Cinderella kembali berubah menjadi gaun compang-camping. Rambutnya kembali terurai berantakan.
Kereta, kuda, dan saisnya kembali menjadi labu, tikus, dan burung. Sambil menggendong sahabat-sahabatnya, Cinderella meninggalkan istana dengan wajah dan rambut kotor.
Keesokan paginya, seluruh desa ribut. Sang Pangeran mengunjungi setiap rumah sambil membawa satu sepatu kaca. Ia memakaikan sepatu itu kepada semua gadis. Ia yakin, gadis yang kakinya pas dengan sepatu itu adalah putri cantik yang tadi malam berdansa dengannya.
Saat tiba di rumah Cinderella, ibu tiri Cinderella mengurung Cinderella di kamarnya. Akan tetapi tikus-tikus dan burung sahabat Cinderella tak tinggal diam. Mereka bekerja sama untuk membebaskan Cinderella. Cinderella muncul tepat ketika Pangeran akan pergi.
Meskipun Cinderella kini kotor dan berantakan, Sang Pangeran tetap membungkuk penuh hormat. Ia meminta izin untuk memakaikan sepatu kaca itu di kakinya.
Cinderella mengangguk penuh haru. Ia tak menyangka. Pangeran yang begitu agung, ternyata memperlakukan dirinya dengan baik. Padahal saat itu ia begitu kotor.
Dan, tentu saja, sepatu kaca itu pas sekali di kaki Cinderella. Cinderella tersenyum. Senyum yang membuat mata dan wajahnya bersinar meskipun pipinya penuh jelaga. Sang Pangeran mengenali senyum dan mata itu. Ia menggandeng Cinderella dan mereka hidup bahagia bersama di istana.
Sumber: Arsip Bobo. Diceritakan kembali oleh Pradikha Bestari.
Baca juga: Kisah Cinderella yang Terkenal
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR