Saat pergi ke kebun binatang, coba Teman-teman perhatikan paruh dari setiap burung. Pasti bentuknya berbeda-beda. Ternyata... paruh burung terbentuk sesuai makanan yang dimakannya. Agar tidak kebingungan, kita langsung cari kenali satu-satu saja, yuk!
Burung pemakan daging, seperti elang dan burung bangkai biasanya punya paruh yang kuat. Ujung paruhnya juga melengkung dan tajam. Jadi, burung pemakan daging tidak kesulitan saat merobek daging yang akan dimakannya. O iya, burung pemakan daging biasanya punya kaki yang kuat dan bercakar tajam.
Pemakan Ikan
Burung pemakan ikan paruhnya agak panjang dan lurus. Namun, ujung paruh atasnya melengkung. Lengkungan itu berfungsi untuk menahan ikan supaya tidak mudah lepas. O iya, beberapa burung pemakan ikan biasanya punya paruh yang besar. Jadi, mereka bisa menyimpan ikan lebih dari satu di dalam mulutnya.
Pemakan Biji-bijian
Kalau burung pemakan biji-bijian paruhnya kecil dan pendek. Meski begitu, paruhnya cukup untuk menguliti cangkang biji padi. Burung pipit adalah salah satu burung pemakan biji-bijian.
Baca juga: Inilah burung yang tak bisa terbang.
Pemakan Buah
Parung burung pemakan buah hampir sama dengan paruh burung pemakan daging. Hanya saja ukurannya lebih kecil. Paruh bengkoknya berfungsi sebagai alat untuk merobek daging buah.
Pemakan Hewan dan Tumbuhan Air
Beberapa burung suka makan ikan kecil dan tumbuhan yang ada di dalam air. Burung jenis ini biasanya punya paruh agak pipih. Paruh pipih itu berfungsi sebagai alat penyaring. O iya, burung pemakan hewan dan tumbuhan air biasanya punya kaki berselaput.
Pemakan Serangga
Burung pemakan serangga punya parung runcing yang agak panjang dan kecil. Paruh seperti itu bisa digunakan untuk menangkap serangga yang ada di dalam lubang pohon atau tanah. O iya, burung kolibri juga punya paruh panjang dan kecil, tapi burung ini makannya sari bunga, bukan serangga.
Tak disangka, ya, ternyata bentuk paruh burung itu menentukan makanan yang mereka makan.
Foto: Creative Commons
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR