Pada suatu hari Teri Serigala hendak menguniungi pamannya di desa lain. Sebelum berangkat, Teri Serigala mengumpulkan buah-buah kenari. Buah ini dimasukkannya ke dalam karung. Setelah semuanya siap, Teri pun berangkat. Tak lupa ia mengunci pintu rumahnya
“Pada hari libur aku berjalan-jalan. Tralala trilili….” Teri Serigala berjalans ambil berdendang.
“Hei, sobatku. Kau tampak riang sekali. Mau ke mana? Bawa apa itu?” tanya Sila Landak saat melihat Teri Serigala.
“Aku mau menginap di rumah Paman. Karung ini isinya buah kenari kesukaan pamanku,” sahut Teri Serigala.
“Wah, kebetulan sekali. Aku sedang butuh kenari untuk membuat kue. Bagi sedikit, ya,” pinta Sila Landak.
“Uuuh! Enak saja! Cari saja sendiri,” jawab Teri Serigala yang terkenal pelit. “Di hutan sana banyak,” sahutnya lagi.
“Pelit! Diminta sedikit saja tidak boleh. Kalau kau tak mau memberikan, rasakan sendiri akibatnya. Karungmu akan semakin berat. Tapi kalau kau mau memberikan kenari itu padaku sedikit saja, maka karungmu akan lebih ringan,” ujar Sila Landak.
“Biar! Berat atau ringan, toh, aku sendiri yang membawanya,” sahur Teri Serigala kesal.
Teri Serigala melanjutkan perjalanannya. Tanpa setahunya, Sila Landak mengikutinya.
Setelah lama berjalan, Teri Serigala beristirahat sebentar. Teri yang kelelahan pun tertidur. Melihat sahabatnya tertidur lelap, mulailah Sila Landak melakukan niat jahatnya. Ia mendekati karung kenari itu dan membuat beberapa lubang dengan duri-duri yang ada di tubuhnya.
“Rasakan kau, Pelit!” kata Sila Landak seraya bersembunyi kembali.
“Enaknya tidur di sini. Tapi aku masih harus melanjutkan perjalanan,” Teri lalu bangkit dan berjalan lagi.
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR