Bobo.id - Ini laba-laba yang bentuknya aneh. Laba-laba ini memiliki leher yang terjulur panjang dengan rahang sangat besar.
Sepintas binatang ini mirip burung pelikan. Ups, tidak heran, binatang ini kemudian diberi nama laba-laba pelikan.
Dalm bahasa Inggris disebut pelican spider.
BACA JUGA: Ternyata Bukan Serangga, Inilah Fakta Unik Seputar Laba-Laba
Dikira Sudah Punah
Laba-laba pelikan pertama kali ditemukan pada tahun 1854 dalam sebuah amber berusia 50 juta tahun. Amber adalah getah pohon yang sudah menjadi fosil.
Waktu itu para ahli mengira mereka menemukan fosil binatang yang sudah punah. Tetapi kemudian mereka menemukan laba-laba pelikan yang masih hidup di Madagaskar dan Australia. Bahkan sampai ada 18 jenisnya.
Beberapa di antaranya memiliki badan sebesar beras.
BACA JUGA: Bagaimana Cara Laba-Laba Membuat Jaring dan Menjerat Mangsanya?
Laba-laba pelikan dengan hasil buruannya.
Berburu Pada Malam Hari
Laba-laba pelikan tidak suka membuat sarang berbentuk jaring dan menjebak serangga di jaring itu, seperti laba-laba pada umumnya. Ia lebih suka hidup di balik dedaunan yang rimbun.
Pada malam hari mereka keluar dari dalam sarang untuk mencari mangsa. Mangsa favoritnya adalah laba-laba jenis lain.
Mereka berjalan dengan tiga pasang kaki belakang. Sementara sepasang kaki paling depan digunakan sebagai antena untuk mencari sarang laba-laba.
Meskipun mereka terlihat imut, laba-laba pelikan adalah pemangsa yang mahir menjebak.
Ketika ia sudah menemukan sarang laba-laba, binatang itu akan berdiam di tepi jaring lalu menggoyangkan jaring itu dengan kakinya. Goyangan itu membuat jaring laba-laba bergetar,
seolah-olah ada serangga terperangkap di dalam jaring. Pemilik jaring yang malang akan keluar untuk menyelidiki.
Kesempatan itu digunakan laba-laba pelikan untuk menyerangnya dengan penjepit besar seperti paruh yang disebut chelicerae, hingga laba-laba itu mati.
BACA JUGA: Namanya Laba-Laba Pintu Jebakan, Bayangkan Seperti Apa Pintu Jebakannya!
Lihat juga video ini, yuk!
| Penulis | : | Aan Madrus |
| Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR