Bobo.id - Saat memanggil teman untuk mengajak bermain, kita pasti akan memanggil namanya. Begitu pun saat berkenalan dengan orang baru, hal pertama yang ditanyakan adalah nama.
Penggunaan nama ini dimaksudkan agar kita lebih mudah memanggil seseorang dan membedakan panggilan antara satu orang dengan orang lain.
Hal berbeda terjadi di Kongthong, sebuah desa pedalaman di India. Penduduk di sana tidak dipanggil menggunakan namanya.
Di desa Kongthong, penduduknya saling memanggil satu sama lain dengan menggunakan siulan dan nyanyian, lo.
Baca Juga : Di Nusa Tenggara Timur, Anak-Anak juga Diajak Belajar Menenun
Maka tidak heran, kalau di hutan-hutan sekitar desa Kongthong kita akan mendengar banyaknya suara siulan dan nyanyian yang dilantunkan oleh penduduknya.
Panggilan berupa nada tersebut adalah buatan orangtua masing-masing dan akan menjadi panggilan yang berlaku seumur hidup bagi penduduk desa Kongthong yang kebanyakan merupakan orang-orang Khasi.
O iya, tidak ada pedoman untuk membuat panggilan berupa nada untuk masing-masing orang di desa ini.
Setiap orangtua membuat panggilan berupa nada tersebut sebagai bentuk kebahagiaan dan rasa cinta terhadap anak-anaknya.
Nyanyian atau siulan yang dilantun untuk memanggil setiap orang ini ada 2 jenis, yaitu nyanyian atau siulan yang berlangsung singkat dan nyanyian atau siulang yang berlangsung lama.
Biasanya, panggilan berupa nada ini akan berlangsung selama sekitar 30 detik, teman-teman.
Meskipun para orangtua memberikan panggilan khusus berupa nada atau nyanyian, penduduk di desa ini tetap mempunyai nama, kok, teman-teman.
Baca Juga : Tidak Pernah Mandi, Begini Cara Suku Himba Menjaga Tubuh Tetap Bersih
Pemimpin masyarakat desa setempat, Rothell Khongsit, mengatakan kalau nama asli tersebut akan digunakan orangtua saat memarahi anaknya, nih, hihi.
Saat anaknya melakukan sesuatu yang buruk dan membuat kecewa orangtuanya, saat itulah anak-anak akan dipanggil dengan namanya, bukan dengan lantunan nada berupa siulan atau nyanyian.
Tradisi memanggil seseorang dengan nada tertentu ini disebut dengan jingrwai lawbei yang mempunyai arti "lagu dari klan wanita pertama" yang merupakan nenek moyang orang Khasi.
Panggilan berupa nada tersebut ternyata terinspirasi dari alam sekitar tempat tinggal mereka yang merupakan hutan lebat dan bukit.
Baca Juga : Meskipun Terasing dari Dunia Luar, Suku Zoe Jadi Suku Paling Bahagia
Khongsit mengatakan bahwa setiap makhluk memiliki identitasnya masing-masing, seperti burung dan hewan yang memanggil satu sama lain dengan cara yang unik.
Tidak ada yang tahu pasti, sejak kapan tradisi jingrwai lawbei ini dimulai. Namun, penduduk lokal menduga tradisi ini sudah dimulai sejak abad ke-5, sesuai dengan umur desa Kongthong.
Nah, karena perkembangan zaman dan juga teknologi, ada perubahan dalam nada yang diciptakan oleh para orangtua, nih.
Sudah banyak perkembangan dunia modern yang masuk ke desa Kongthong melalui televisi dan posel, sehingga memengaruhi nada yang dibuat menjadi terinspirasi dari lagu-lagu Bollywood.
Bollywood merupakan industri film di India yang dalam setiap filmnya banyak berisi lagu dan juga tari-tarian dengan musik khas India.
Baca Juga : Keren! 3 Suku Ini Memiliki Kemampuan Khusus yang Tak Biasa
Selain itu, dengan masuknya teknologi ponsel, membuat anak-anak di desa Konthong mulai tidak menggunakan siulan atau nyanyian untuk memanggil temannya, tapi lebih memilih untuk menelepon temannya.
Lihat video ini juga, yuk!
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR