Bobo.id - Pernahkah kamu melihat bunga yang nampak mekar di pagi hari, tapi di malam hari ia menguncup lagi?
Yap, beberapa jenis bunga memang tidur seperti kita di malam hari, teman-teman.
Tapi ini bukan karena mereka mengantuk seperti kita, bunga-bunga yang menguncup di malam hari ini adalah perilaku evolusi.
Perilaku ini disebut dengan nyctinasty, dan tanamannya disebut nyctinastic.
Baca Juga : Identik dengan Belanda, Ternyata Bunga Tulip Berasal dari Turki
Beberapa bunga yang melakukan perilaku ini adalah bunga tulip, bunga sepatu, dan bunga poppy.
Perilaku ini sangat alami, kok, teman-teman. Menurut ilmuwan, perilaku ini dipengaruhi oleh udara dingin dan kegelapan.
Bagian bawah dari kelopak bunga dari beberapa bunga memang tumbuh lebih cepat dibandingkan bagian atasnya, sehingga mendorong bunga untuk menutup.
Namun, alasan dari perilaku ini masih menyisakan pertanyaan untuk para ilmuwan, nih.
Baca Juga : Wah, Seniman Misterius Membuat Berbagai Karya dari Bunga Segar!
Menurut Charles Darwin, tanaman yang bunganya menutup di malam hari, menghindari risiko membeku.
Teori lainnya mengatakan kalau perilaku nyctinasty ini dimanfaatkan tanaman untuk menyimpan energi, dan kemungkinan aromanya.
Energi ini lebih berguna untuk dimanfaatkan di siang hari, sat serangga yang melakukan proses penyerbukan lebih aktif.
Beberapa ilmuwan menambahkan kalau perilaku ini membantu mencegah serbuk sari menjadi basah dan berat karena embun.
Baca Juga : Bunga Hati yang Berdarah, Bentuknya Unik dan Cantik Namun Beracun
Serangga dapat lebih mudah memindahkan serbuk sari yang kering, sehingga proses reproduksi berhasil.
Selain itu, perilaku ini juga menhindarkan tanaman dari pemangsa yang aktif di malam hari.
Denagn menguncup, burung hantu bisa melihat pemakan tumbuhan dengan jelas, dan kemudian memakan hewan itu. Tanaman jadi selamat, deh.
Coba perhatikan, di sekitar rumahmu adakah bunga yang melakukan perilaku nyctinasty?
Baca Juga : Mengapa Masyarakat Inggris Memakai Pin Bunga Poppy di Bulan November?
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR