"Jadi, kita tidak akan bisa panen?" tanya sang istri. Laki-laki itu menarik napas panjang.
"Panen?! Semua tanaman di ladang kita pasti busuk."
Aku melihat air mata mengalir di pipi perempuan itu. Tanpa sadar, aku mengusap pipiku juga. Basah oleh air mata. Dewa Matahari memandangku.
Baca Juga : Makanan Cokelat yang Mudah Dibuat Ada Banyak, lo! Coba Buat, yuk!
"Bagaimana? Sudah melihat hasil perbuatanmu?"
Aku mengangguk. Ya, semua ini salahku. Aku hanya mencari kesenanganku sendiri tanpa memikirkan orang lain. Aku senang bisa membalas kelakuan Aresta dan Felicia. Tapi, aku tidak berpikir kalau apa yang kulakukan bisa menyusahkan orang lain.
Baca Juga : Fakta Menarik Sungai Nil di Afrika, Sungai Terpanjang di Dunia!