Masuknya azulejo ke Portugal ini atas permintaan Raja Manuel I yang saat itu memimpin Portugal, karena dirinya melihat keindahan kota Granada, Spanyol, dan ingin menghiasi Istana Sintra dengan keramik.
Saat itu, pola lukisan pada keramik masih terbatas pada pola geometris dengan warna yang terbatas.
Namun seiring waktu, seniman Portugis mulai menambahkan berbagai gambar di keramik, mulai dari gambar hewan, tumbuhan, hingga manusia.
Bahkan keramik yang mereka buat mulai menceritakan berbagai kisah, nih, teman-teman, yang kemudian dipasang di gerejaa-gereja kota Lisbon.
Baca Juga: Tofurky, Tiruan Daging Kalkun untuk Perayaan Thanksgiving Vegetarian
Azulejo Semakin Populer di Abad 18 dan 19
Setelah banyak bangunan yang menggunakan keramik lukis untuk dindingnya, semakin banyak bangunan yang temboknya berlapiskan keramik, nih.
Hingga akhirnya pada abad ke-18 dan 19, penggunaan keramik di Portugal mencapai puncaknya dan digunakan hampir di setiap rumah dan bangunan kota Lisbon.
Dengan menggunakan keramik yang dipasang di dinding, mereka menganggap kalau hal ini membuat rumah mereka terlihat lebih berseni.
Selain itu, pemasangan keramik juga berdasarkan alasan kepraktisan.
Keramik yang dipasang pada dinding luar rumah akan membuat rumah lebih sejuk ketika musim panas, tapi juga melindungi rumah dari kelembapan, dan mengurangi suara bising dari jalan.
Baca Juga: Wadi, Makanan Fermentasi khas Suku Dayak dan Banjar di Kalimantan, Pernah Coba?
Ternyata Azulejo Juga Pernah Tidak Disukai, lo
Karena banyaknya orang yang memasang azulejo di dinding rumahnya, azulejo sempat tidak disukai oleh orang-orang.
Hal ini berlangsung pada abad 20, di mana orang-orang menganggap azulejo dan seni ubin dilihat sebagai sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat kelas baawah.
Ketika itu, azulejo sempat dianggap bukan sebagai sesuatu yang indah dan menghiasi gereja dengan berbagai kisahnya, nih.
Azulejo banyak dianggap sebagai keramik yang hanya menutupi rumah-rumah masyarakat kelas bawah.