Sepucuk Surat Dalam Botol

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 12 Mei 2018 | 13:00 WIB
Ota menyerahkan surat itu kepada Luna. Luna meraih dan hendak membacanya. (Vanda Parengkuan)

BYUUURRR! Ombak menghempas istana pasir Ota. Istana pasir itu pun runtuh.

“Yaaaaahhh!” Ota mengeluh kecewa.

Air laut sudah menyurut.  Tampak sebuah botol tergeletak tepat di atas tumpukan pasir bekas istana buatan Ota. Ota meraih botol itu. Eh! Ada kertas tersimpan di dalamnya! Ota membuka sumbatan botol itu dan mengeluarkan kertas itu.

Aku kesepian... Setiap hari sendirian. Aku jadi teringat akan harta karunku yang telah kubenam. Aduh, betapa aku ingin punya sahabat... Sahabat yang akan mengambilkan harta karun itu untukku. Maukah kamu jadi sahabatku? Jika ya, ambilkanlah harta karun itu untukku? Terletak di batang tertinggi di daerah ini. Dan temukanlah aku di bawah payung warna biru.

Ota terbelalak membaca surat itu. Surat yang aneh! Siapa penulisnya?

“Kaaak Lunaaaaaa!” spontan Ota berseru. Luna dan Kiria menghampiri Ota dengan baju dan rambut yang basah dan penuh pasir.

“Kenapa, Ta?” tanya Luna.

Ota menyerahkan surat itu kepada Luna. Luna meraih dan hendak membacanya. Namun, “Aku juga mau baca!” Kiria dengan tak sabar segera menyambar surat itu. Setengah berebutan, kedua gadis itu membaca surat itu pelan-pelan. Sepasang mata sipit Kiria langsung terbelalak,

“Ini tantangan untuk Geng LOTRIA!”

“Tapi surat ini kelihatan sudah lama sekali. Tidak mungkin bisa kita lacak!” sahut Luna.

“Harus dicoba!” bantah Kiria. “Lagipula... Apa kamu tidak kasihan pada penulis surat ini? Kalau kita tidak menanggapi surat ini, jangan-jangan dia jadi yakin, tak ada yang mau peduli padanya.”

Luna tertegun. Ia melirik Kiria yang tersenyum-senyum menatapnya. “Uuh! Kamu, nih! Paling tahu deh kalau aku tidak tegaan!”