Sepucuk Surat Dalam Botol

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 12 Mei 2018 | 13:00 WIB
Ota menyerahkan surat itu kepada Luna. Luna meraih dan hendak membacanya. (Vanda Parengkuan)

“Waktu kecil, aku pernah punya mainan seperti itu. Tapi hilang entah kemana,” jelas Taras. “Kok, bisa kebetulan, ya?”

Luna menggigit bibir. “Jangan-jangan... penulis surat itu mencuri mainan itu darimu! Kamu yakin tak pernah mengenal siapapun di daerah ini?”

Taras menggeleng. “Kalian tahu sendiri. Aku ini sangat pendiam dan pemalu. Aku jarang punya teman. Apalagi di tempat peristirahatan dekat pantai seperti ini.”

“Lihaaaattt!” Kiria menunjuk penuh semangat. “Ada payung biru di atas genteng!”

Semua seketika menoleh ke arah itu. Benar saja! Di salah satu atap rumah, tampak sebuah payung warna biru. Bukan benar-benar payung, tetapi gambar payung yang dilukis di atas atap dengan menggunakan cat!

“Waaah... Tapi kita hanya melihatnya dari atas. Bagaimana cara kita tahu rumah siapa itu? Tak mungkin kita datangi dan minta ijin untuk memeriksa genteng semua rumah yang ada di sana. “ gumam Luna bingung.

“Tidak perlu!” geleng Kiria. “Rumah itu terletak tepat di belakang rumah makan Itali!”

“Tahu dari mana?” tanya Ota.

“Tuuuh! Ada cerobong asap di rumah belakang rumah berpayung biru!”

“Di belakang rumah makan Itali?” Luna mengingat-ingat. “Looo... Berarti itu...”

“Rumahku!” sahut Taras tiba-tiba.

Semua menoleh dengan kaget. Menatap Taras minta penjelasan.

“Masih de javu?” tanya Luna bingung.

Taras menggeleng. “Sudah bukan de javu lagi! Aku sudah ingat. Aku yang membuat surat dalam botol dan mengubur mainan pada waktu aku berlibur ke sini bertahun-tahun lalu.”

Kiria terbelalak. “Astagaaaa... Taras! Kamu ngerjain kami ya?! Kenapa tidak bilang saja dari tadi kalau kamulah pelakunya?”

“Sudah kubilang, aku membuatnya bertahun-tahun yang lalu! Waktu aku kecil dan kesepian. Aku sedang berusaha mencari sahabat yang hobi memecahkan misteri seperti aku. Tentu saja aku sudah lupa! Apalagi, dulu aku sudah nyaris putus asa. Kupikir aku tidak akan menemukan sahabat yang suka memecahkan misteri,” Taras tersenyum-senyum.

“Pantas saja dari tadi de javu melulu,” sahut Luna.

“Tapi, tak disangka-sangka! Ternyata kini Kak Taras bisa menemukan sahabat yang suka memecahkan misteri bersama! Malah bukan cuma satu orang saja!” sahut Ota.

Mereka terdiam. Lalu saling berpandangan. Sedetik kemudian mereka tertawa bersama. Bahagia sekali.

“Hmm... Karena kalian telah berhasil memecahkan misteriku, sekarang kutraktir makan pizza di restoran Itali belakang rumah!” usul Taras.

“Horeeee!” Semua langsung melompat senang.

(Cerita : Alexandra L.Y / Dok. Majalah Bobo)