Inilah Kesultanan yang Berpengaruh dalam Perkembangan Islam di Sumut

By willa widiana, Kamis, 7 Juni 2018 | 12:30 WIB
Replika Istana Kesultanan Asahan (Creative Commons - Baskoro Aji)

Adanya banyak persamaan ini, karena para ulama tersebut saling bersahabat baik sejak mereka menuntut ilmu di Mekkah.

Pandangan para tokoh agama ini sangat berbeda dengan paham reformis yang dibawa oleh para ulama muda Minangkabau, seperti Dr. Haji Abdul Karim Amrullah. Oleh sebab itu, sering terjadi polemik di antara para pengikut kedua paham yang berbeda ini.

Madrasah Ulumul Arabiyyah

Di paruh pertama abad ke-20, sekitar tahun 1916, di Asahan telah berdiri sebuah sekolah yang disebut Madrasah Ulumul Arabiyyah. Sebagai direktur pertama, ditunjuk Syekh Abdul Hamid.

Dalam perjalanannya, madrasah Ulumul Arabiyah ini kemudian berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di Asahan, bahkan termasuk di antara madrasah yang terkenal di Sumatera Utara, sebanding dengan Madrasah Islam Stabat, Langkat, Madrasah Islam Binjai dan Madrasah al-Hasaniyah Medan.

Di antara ulama terkenal lulusan sekolah Asahan ini adalah Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis (1908-1972).

BACA JUGA: Cerita Mahkota Sultan Ternate yang Ajaib

Buku-buku

Pengaruh Kesultanan Asahan terhadap sejarah perkembangan Islam di Sumatera Utara memang kuat.

Terbukti, dari peninggalan tertulis warisan Kerajaan Asahan, semua berkaitan dengan buku-buku di bidang keagamaan yang dikarang oleh para ulama untuk kepentingan pengajaran.

Berikut ini beberapa buah buku yang dikarang oleh Syeikh Abdul Hamid di Asahan, yaitu Ad-Durusul Khulasiyah, Al-Mathalibul Jamaliyah, Al-Mamlakul `Arabiyah, Nujumul Ittiba, Tamyizut Taqlidi Minal Ittiba, Al-Ittiba, Al-Mufradat, Mi`rajun Nabi.

Lihat video ini juga, yuk!