Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar ingin membaca dongeng anak hari ini.
Dongeng anak hari ini bercerita tentang Penyihir dan Para Pelayannya.
Penasaran? Yuk, langsung saja kita baca dongeng anak hari ini.
----------------------------------------
Baca Juga : Apakah Semua Kelelawar Suka Minum Darah? #AkuBacaAkuTahu
Raja Sergei mempunyai tiga putra bernama Szabo, Warza, dan Iwanich. Pada suatu pagi di musim semi yang indah, Raja Sergei berjalan di kebun buahnya bersama ketiga putranya. Saat tiba di tempat tiga batang pohon yang berdaun indah, Raja Sergei tampak menggelengkan kepalanya sedih.
“Ada apa dengan ketiga pohon ini, Ayah?” tanya ketiga putranya heran.
“Ketiga pohon ini Ayah tanam ketika Ayah masih muda. Seorang penyihir terkenal yang menghadiahkan benih pohon ini kepada Kakek kalian...” cerita Raja Sergei. Ia lalu melanjutkan kisahnya.
Baca Juga : Ada yang Tidak Bisa Menatap Mata Orang Lain saat Bicara, Apa Sebabnya?
Sebelum meninggal, ayah Raja Sergei meminta Raja Sergei untuk merawat pohon itu dengan baik. Ia juga menyampaikan pesan dari si penyihir bahwa buah pohon itu boleh dipetik jika semua buah sudah matang. Warnanya kuning keemasan. Namun jika ada buah mentah yang dipetik, walau hanya satu butir, maka seluruh buah di pohon akan menjadi busuk.
Setelah selama lima tahun Raja Sergei merawat pohon itu, akhirnya pohon itu berbuah juga. Buah-buahnya sangat indah walau masih mentah dan belum bisa dipetik. Raja Sergei memerintah tukang kebunnya untuk mengawasi ketiga pohon itu. Raja Sergei kadang tergoda untuk memetik buah-buah itu. Namun ia selalu teringat pesan si penyihir kepada ayahnya.
Baca Juga : Nama Planet Pluto Ternyata Diusulkan oleh Seorang Anak Berusia 11 Tahun
Suatu malam, Raja Sergei bermimpi bahwa buah keemasan itu sudah matang. Ia memetik dan mencicipi buah itu. Rasanya sangat lezat. Belum pernah ada buah yang selezat itu rasanya. Maka ketika terbangun dari mimpinya, Raja Sergei segera memanggil tukang kebunnya. Ia bertanya, apakah buah-buah di ketiga pohon itu sudah matang.
Akan tetapi, tukang kebun itu malah sujud di depan Raja Sergei dan menangis. Tukang kebun berkata bahwa semua buah di ketiga pohon itu telah hilang dirampok. Padahal ia telah berjaga sepanjang malam.
Baca Juga : Ingin Tingkatkan Kemampuan Otak? Cobalah 5 Makanan Ini
“Ayah tidak menghukum tukang kebun itu karena dia tukang kebun yang setia dan jujur. Ayah malah jadi tidak percaya pada pesan si penyihir pada kakek kalian. Maka Ayah memberi perintah baru pada tukang kebun. Bila tahun berikutnya pohon-pohon itu berbuah, maka semua buah harus dipetik sebelum matang. Supaya tidak dicuri lagi,” cerita Raja Sergei.
Ketiga putranya terbelalak. “Lalu apa yang terjadi, Ayah?”
Baca Juga : Ratusan Hiu Mati Mendadak Secara Misterius di Penangkaran Karimunjawa
“Tahun berikutnya, tukang kebun melakukan perintah Ayah. Ketika pohon itu berbuah, dia memetik semua buahnya sebelum matang. Ayah mencicipi buah yang indah itu. Namun terasa sangat pahit. Dan keesokan harinya, semua sisa buah yang sudah dipetik maupun yang masih di pohon, menjadi busuk,” lanjut Raja Sergei sedih. Ia lalu berkata lagi,
“Setelah itu, setiap tahun buah-buah di pohon ini selalu dijaga oleh pelayan-pelayan istana yang setia. Namun setiap tahun juga, buah-buah di ketiga pohon ini dicuri oleh pencuri yang tidak terlihat. Tidak pernah ada satu pun buah matang yang tersisa. Itulah sebabnya, Ayah tidak pernah lagi melihat ketiga pohon ini, karena membuat hati Ayah sedih…”
Baca Juga : Jaringan Fotosintesis Berada di Daun dan Terdiri dari Dua Macam, Apa Saja?
Szabo, si putra sulung langsung berkata,
“Tapi, Ayah… Aku yakin, pasti ada pemuda-pemuda gagah di negeri ini yang bisa melindungi ketiga pohon ini dari pencuri yang licik itu. Aku bersedia menjadi pemuda pertama yang akan menjaga pohon buah ini,” kata Szabo.
Raja Sergei sangat gembira dan bangga pada putra sulungnya. Maka, pada saat panen buah tiba, ia menugaskan Szabo untuk berjaga.
Baca Juga : Serunya Peragaan Busana dan Perayaan 10 Tahun Gingersnaps di Indonesia
Ketika malam tiba, Szabo memanjat ke salah satu pohon. Ia bertekad untuk melindungi buah-buah di pohon itu. Ia terus berjaga sepanjang malam. Namun setelah lewat dari tengah malam, Szabo tak dapat menahan rasa kantuknya. Ia pun tertidur lelap di atas pohon. Dan ketika ia terbangun di pagi hari, semua buah di pohon telah lenyap.
Di tahun berikutnya, giliran Warza yang mencoba menjaga buah-buah dari ketiga pohon itu. Namun ia pun tertidur dan gagal seperti Szabo.
Baca Juga : Gula Putih Berubah Warna Menjadi Cokelat Saat Dicairkan, Kok Bisa, ya?
Akhirnya, tibalah giliran si bungsu Iwanich. Walau ia yang paling muda, namun tekatnya sangat kuat. Ia beristirahat cukup pada siang hari, sehingga tidak mengantuk saat berjaga di malam hari di atas pohon.
Saat lewat tengah malam, cahaya bulan begitu lembut. Angin malam pun bertiup pelan menggerakkan daun-daun pohon. Iwanich tetap berjaga di atas pohon dengan mata terbuka lebar.
Pada saat itu, muncullah seekor angsa berbulu seputih salju. Saat angsa itu mendarat di dahan pohon di dekat Iwanich, pemuda itu langsung menangkap sayapnya.
Baca Juga : 5 Makanan Ini Dapat Tingkatkan Daya Tahan Tubuh, Pernah Coba?
WHUSH! Tiba-tiba saja, angsa itu berubah menjadi seorang gadis cantik yang tersenyum ramah padanya.
"Jangan takut, namaku Militza," kata gadis cantik itu. “Penyihir jahat itu mencuri benih buah emas ibuku. Tanpa buah itu, ibuku sekarat. Itu sebabnya Ibu meminta aku mengambil buah matang di pohon ini setiap tahun. Ayahmu tidak berhak memilikinya. Malam ini, aku juga akan mengambilnya. Tapi karena kamu menangkapku, mata mantra atas saya terpatahkan.”
Baca Juga : Apa Kamu Suka Warna Ungu? Ini Dia Makanan yang Berwarna Ungu!
Iwanich sungguh terkejut. Tadinya ia sudah siap untuk bertemu dengan penyihir mengerikan yang mencuri buah. Namun yang muncul malah seorang gadis cantik.
Malam itu, Iwanich dan Militza malah bercakap sepanjang malam. Mereka menjadi berteman. Saat menjelang pagi, Militza berkata,
“Aku senang berteman dan bercakap denganmu. Tapi penyihir jahat pernah memotong sekotak rambutku saat aku tidur. Itu membuat aku tak berdaya. Penyihir itu akan menemukan aku dan mungkin akan berbahaya buatmu juga.”
Baca Juga : Tips Kembangkan Bakat, Salah Satunya dengan Ikut Ajang Pencarian Bakat
Militza lalu melepas sebentuk cincin berlian dari jarinya dan memberikannya pada Iwanich.
“Simpanlah cincin ini untuk mengenang aku. Jika hatimu tergerak, temukanlah aku di kerajaanku. Cincin ini bisa membimbingmu ke kerajaanku. Di setiap persimpangan jalan, sebelum menentukan arah yang akan kau ambil, perhatikanlah selalu cincin ini. Jika berkilau cerah, pilihlah jalan itu. Jika redup, pilihlah jalan lain.”
Militza lalu melambai sedih. Sebelum Iwanich sempat mengucapkan sepatah kata, Militza berubah menjadi awan putih kecil, lalu lenyap di sela-sela dahan pohon.
(Bersambung)
Cerita: Dongeng Rusia (Dok. Majalah Bobo)
Baca Juga : Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Menerima Golongan Darah yang Salah?
Tonton juga video ini, ya.
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR