Bobo.id - Selain dikenal sebagai negara Matahari Terbit, Jepang juga dikenal sebagai negara yang penduduknya senang mengonsumsi teh.
Bahkan di Jepang juga ada tradisi minum teh menggunakan jenis teh hijau dan harus dilakukan dengan beberapa langkah yang mengikuti tradisi.
Ada dua jenis teh hijau yang banyak dikenal, yaitu matcha dan green tea.
Namun selain dua jenis teh hijau ini, ada jenis teh hijau lainnya yang juga banyak dikonsumsi di Jepang, lo, yaitu hojicha.
Wah, ternyata teh hijau ada banyak jenis, nih, teman-teman. Matcha dan green tea memiliki beberapa perbedaa, nah, bagaimana dengan hojicha, ya?
Apa bedanya hojicha dengan matcha dan green tea yang selama ini banyak dikenal oleh orang-orang?
Baca Juga: Suka Minum Susu? Perhatikan Ini Saat Membeli Susu Kemasan, ya!
Hojicha Termasuk dalam Jenis Teh Hijau Jepang
Sesuai namanya, karena merupakan jenis teh hijau, matcha memiliki warna hijau pekat, sedangkan green tea memiliki warna kehijauan yang tidak terlalu pekat saat diseduh.
Namun berbeda dengan hojicha yang juga merupakan jenis teh hijau, nih, teman-teman.
Teh hojicha yang sudah diseduh akan bewarna cokelat kemerahan atau kekuningan, sama seperti teh biasanya.
Nah, warna ini berasal dari proses pengeringan yang mengubah daun teh menjadi teh kering atau teh bubuk.
Baca Juga: Unik! Tradisi Yukitsuri Ini Menjaga Pohon saat Musim Dingin di Jepang
Proses Pengeringan Daun Teh Membuat Hojicha Berbeda dengan Teh Hijau Lainnya
Faktor utama yang membuat hojicha berbeda dengan teh hijau lainnya, seperti matcha dan green tea adalah pada proses pengeringannya.
Untuk membuat matcha dan green tea, daun teh hijau dikeringkan dengan cara dikukus baru kemudian dikeringkan dengan cara dipanggang.
Namun untuk mengeringkan daun teh hijau menjad hojicha, cara yang dilakukan berbeda, nih, teman-teman.
Dalam membuat hojicha, daun teh hijau dikeringkan dengan cara dipanggang dalam pot berbahan porselen di atas arang.
Baca Juga: Yuk, Coba 3 Macam Kombinasi Buah-buahan yang Tepat untuk Sarapan
Nah, karena proses pemanggangan inilah, membuat daun teh hijau untuk hojicha menjadi berwarna cokelat.
Akibatnya hojicha akan berwarna cokelat karena daun teh juga berwarna cokelat, teman-teman.
Hojicha Memiliki Rasa yang Lembut dan Rendah Kafein
Tidak hanya kopi, kafein juga terdapat di dalam teh, lo, teman-teman, sehingga sebenarnya anak-anak juga harus membatasi konsumsi teh.
Namun teh hojicha aman dikonsumsi anak-anak seperti kita, nih.
Proses pemanggangan pada suhu tinggi untuk membuat kafein dalam teh hojicha menguap dan menurunkan kadarnya.
Selain rendah kafein, teh hojicha juga memiliki rasa yang lebih lembut jika dibandingkan dengan teh hijau lainnya.
Berbeda dengan green tea yang meninggalkan rasa pahit dan asam di mulut setelah diminum, teh hojicha tidak meninggalkan rasa tadi di mulut.
Baca Juga: Suka Minum Susu? Perhatikan Ini Saat Membeli Susu Kemasan, ya!
Hal ini disebabkan karena proses pemanggangan dengan suhu tinggi juga menghilangan kandungan katekin dalam teh yang biasanya memberi rasa asam atau pahit pada teh.
Nah, kalau teman-teman mencicipi teh hojicha, maka kamu akan sedikit merasakan rasa karamel atau rasa seperti sesuatu yang dipanggang, tapi sangat lembut.
Karena rasanya yang lembut inilah, teh hojicha banyak disajikan sebagai minuman setelah makan malam atau sebelum tidur.
Baca Juga: Terbuat dari Bahan yang Hampir Sama, Apakah Mi Termasuk Pasta?
Teh Hojicha Sudah Populer Sejak Tahun 1920-an
Awal mula munculnya teh hojicha adalah sekitar tahun 1920-an di Kyoto, Jepang, saat pedagang teh mulai memanggang daun teh di atas arang.
Cara ini dipercaya sebagai salah satu cara pedagang teh memanfaatkan daun teh yang tersisa setelah proses pemilihan daun teh.
Pemanggangan daun teh ini ternyata menghasilkan aroma yang sedap dan disukai banyak orang, lo.
Nah, sejak saat itulan teh yang dikeringkan dengan cara dipanggang jadi teh yang memiliki banyak peminat.
Yuk, banyak membaca agar informasi dan pengetahuan kita bertambah!
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Serious Eats,matcha-jp.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR