Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu dongeng anak hari ini, ya?
Dongeng anak hari ini berjudul Kisah Putri Pandan Wangi.
Yuk, langsung saja kita baca dongeng anak hari ini!
----------------------------------------
Baca Juga: Dongeng Anak: Kelasi dan Pedagang Burung
Dahulu terdapat kerajaan bernama Sekarsare. Kerajaan itu diperintah oleh Raja Asma Kondang yang bijaksana.
Raja Asma Kondang mempunyai seorang putri bernama Pandan Wangi. Paras putri itu cantik dan tubuhnya selalu menebarkan bau harum.
Putri itu suka menolong rakyat kerajaan Sekarsare sehingga mereka pun mencintai sang putri.
Akan tetapi, ternyata tidak semua orang menyukai keluarga Raja Asma Kondang. Diam-diam Patih Drekil, Perdana Menteri Kerajaan Sekarsare, ingin menjadi raja.
la berhasil mempengaruhi beberapa pejabat dan perwira pasukan kerajaan. Patih Drekil menjanjikan sejumlah hadiah dan kedudukan yang lebih tinggi bila ia berhasil merebut kekuasaan dari tangan Raja Asma Kondang.
Baca Juga: Dongeng Anak: Serunai Batang Padi
Pada suatu malam Patih Drekil mengadakan rapat rahasia di rumahnya. Ia mengundang para pejabat dan perwira yang telah dipengaruhinya.
"Saudara-saudara, saat untuk merebut kekuasaan telah tiba. Besok Putri Pandan Wangi akan berkunjung ke desa-desa di tepi hutan. Saya telah menugaskan Perwira Brangasan dan anak buahnya untuk menculik Sang Putri," kata Patih Drekil.
"Lalu kita sebarkan berita bohong bahwa ia ditawan Raja Atas Angin. Raja Asma Kondang pasti akan sangat marah. Selajutnya kita tinggal memanas-manasi Sang Raja agar mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Atas Angin," lanjut Patih Drekil.
"Pada saat sebagian besar pasukan kerajaan sedang berperang itulah, dengan mudah kita merebut kekuasaan," jelas Patih Drekil tersenyum licik.
Baca Juga: Matahari Terbit 16 Kali di Stasiun Antariksa, Bagaimana Astronaut Bisa Tidur?
"Ha ha ha.... Hebat juga rencana Tuan Patih!" puji Menteri Angkoro yang dijanjikan akan menjadi perdana menteri. Semua yang hadir pun ikut-ikutan memuji Patih Drekil.
Esoknya, Putri Pandan Wangi memang mengunjungi desa-desa di tepi hutan. Ia hanya didampingi seorang kusir kereta kuda dan dua pengawal.
Ketika melewati jalan yang sepi, tiba-tiba mereka diserang gerombolan bertopeng.
Melihat keadaan bahaya, kusir istana segera melepas salah satu kuda dari keretanya. Ia meminta sang putri untuk melarikan diri dengan kuda tersebut.
Baca Juga: Nama Seekor Kumbang yang Baru Ditemukan Terinspirasi dari Aktivis Lingkungan, Greta Thunberg
Sang Putri segera meloncat ke atas kuda itu dan memacunya. Dengan gagah berani akhirnya ia berhasil lolos dari gerombolan tersebut.
Ia melarikan kudanya masuk ke dalam hutan. Namun, tidak seberapa jauh, mendadak kuda tersebut mulai terseok-seok.
Ternyata salah satu kaki kuda itu terkena sabetan senjata tajam. Dengan berat hati, akhirnya Sang Putri meninggalkan kuda tersebut.
Ia terus berlari di antara pepohonan. Tak lama kemudian ia mulai kehabisan tenaga. Sang Putri jatuh terduduk di bawah sebuah pohon.
“Tuan Putri, Tuan Putri, cepatlah bersembunyi!" Tiba-tiba ada suara sayup-sayup memanggil Putri Pandan Wangi.
Baca Juga: Tanpa Disadari, 4 Benda Ini Juga Punya Masa Kedaluwarsa, Coba Periksa!
Akan tetapi, Putri tidak melihat satu orang pun di situ. Hanya ada sekumpulan semak-semak rimbun yang berdaun mirip ilalang.
"Siapa kamu? Di mana kamu?"
"Hamba cuma sejenis semak-semak tak bernama, Tuan Putri. Lekaslah bersembunyi di balik daun-daun kami Tuan Putri. Mereka hampir tiba!"
Putri Pandan Wangi bergegas bersembunyi di balik semak-semak itu. Tak berapa lama kemudian, muncul lima orang bertopeng yang menaiki kuda.
Baca Juga: Dari Disneyland Sampai Istana Buckingham , Ini Tempat yang Tidak Boleh Dilewati Pesawat Terbang
"Huh, ke mana larinya Putri itu?" ujar salah satu dari mereka. "Patih Drekil pasti sangat marah kalau tahu kita gagal menculik Putri Pandan Wangi."
"Sebaiknya kita tetap menyebarkan kabar bahwa Putri Pandan Wangi diculik Raja Atas Angin, Perwira Brangasan. Saya yakin Sang Putri pasti tersesat di dalam hutan lebat ini.
"Ia butuh waktu berhari-hari untuk menemukan jalan kembali ke istana. Jadi bila Sang Putri nanti dapat kembali, ia pasti akan terkejut karena Patih Dr,ekil telah menjadi raja yang baru," ujar yang lainnya.
"Ha ha ha.... Kamu benar juga. Ayo, kita pulang!"
Baca Juga: Mengenal Nilai-Nilai Kepahlawanan di Festival Dongeng Internasional Indonesia 2019
Mereka pun berbalik dan meninggalkan tempat tersebut. Tentu saja Putri Pandan Wangi sangat terkejut.
Ia tidak menduga ternyata Patih Drekil dan Perwira Brangasan mempunyai niat jahat untuk merebut kekuasaan ayahnya.
Kini, Putri Pandan Wangi menjadi sedih dan bingung. Ia tidak tahu bagaimana cara memberitahu ayahandanya.
Untung saja tanaman tadi menolongnya lagi dengan memberi petunjuk jalan pintas menuju desa terdekat. Akhirnya dengan bantuan penduduk desa, Sang Putri berhasil tiba di istana terlebih dahulu.
Raja Asma Kondang sangat terkejut menerima laporan putrinya itu. Ia pun memerintahkan Panglima Pasukan Kerajaan untuk menangkap Patih Drekil dan komplotannya.
Baca Juga: Jadi Benua Terbesar di Dunia, Ini Macam-Macam Iklim Benua Asia
Beberapa hari kemudian, Putri Pandan Wangi kembali ke dalam hutan. Ia mendatangi tanaman yang telah menolongnya, lalu membawanya ke istana.
Ia juga tidak lupa berterima kasih dan memberi hadiah kepada penduduk desa yang telah membantunya.
Sang Putri menanam tanaman itu di kebun istana. Ia merawat tanaman itu sendiri dan seringkali duduk di dekatnya.
Anehnya lambat-laun bau badannya yang harum semerbak meresap ke dalam daun-daun tanaman tersebut.
Baca Juga: Suka Membaca Dongeng? Cari Tahu 3 Manfaatnya, yuk! #AkuBacaAkuTahu
Konon, sejak saat itu, daun-daun tanaman itu menjadi harum baunya. Orang-orang pun mulai ikut menanam dan menggunakannya untuk mengharumkan masakan.
Akhirnya tanaman itu dikenal dengan nama pandan. Seperti nama Putri Pandan Wangi yang pertama kali merawat dan memberi aroma harum pada tanaman tersebut.
Cerita oleh: E. Wahyu Nugroho
Baca Juga: Selain Gula, Konsumsi Garam Juga Harus Diperhatikan, Berapa Jumlahnya, ya?
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR