Bobo.id - Apakah teman-teman pernah mendegar rempah bernama pala? Tanaman yang berasal dari biji pohon pala (Myristica fragrans) ini berasal dari Kepulauan Banda, Maluku.
Pala umumnya dicari untuk diolah bersama makanan. Ada yang mengolah buah pala menjadi jeli, sirup, dodol, selai, sari buah, dan masih banyak lagi.
Selain itu, buah pala juga banyak dijadikan obat-obatan tradisional.
Bersumber dari Kompas.com, dalam dosis rendah, pala bisa digunakan untuk mengurangi kembung perut, meningkatkan daya cerna dan selera makan, diare, muntah, dan mual.
Bagaimana sejarah pala hingga sekarang banyak dimanfaatkan? Yuk, cari tahu!
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Kepulauan Banda jadi asal mula rempah pala. Orang Portugis jadi orang Eropa pertama yang tiba di kepulauan itu.
Mereka mengincar rempah-rempah seperti pala dan cengkeh, lalu menjualnya setelah mereka menaklukan Malaka pada 1511.
Dilansir dari The Guardian, pala jadi sumber kehidupan Kepulauan Banda. Rempah ini kemungkinan besar berevolusi di sini dan selama berabad-abad lamanya Banda jadi satu-satunya tempat pala tumbuh.
Baca Juga: Pantas Saja Safron Jadi Rempah Termahal di Dunia, Begini Proses Mendapatkannya
Pala Pernah Jadi Benda yang Amat Mahal
Sejarah pala sendiri bisa ditelusuri jauh hingga abad ke-6. Pala mencapai Byzantium yang berjarak sekitar 12.000 kilometer dari Banda.
Sekitar tahun 1.000 Masehi, Ibnu Sina mendeskripsikan pala sebagai ‘jansi ban’ atau biji Banda.
Masyarakat Arab kala itu menggunakan pala sebagai barang barter, yang akhirnya membawa pala ke Venesia, Italia yang dijadikan perasa untuk makanan para bangsawan Eropa di sana.
Pala selalu benar-benar mahal saat itu. Pada abad ke-14 di Jerman, harga satu pon atau sekitar setengah kilogram pala bisa dihargai sama dengan tujuh ekor lembu yang gemuk.
Perburuan pala bisa dikatakan telah membantu pembangunan dunia modern komersial. Pada 1453, bangsa Turki Ottoman menaklukan Konstantinopel yang sekarang jadi Istanbul, Turki.
Hal tersebut berdampak pada embargo perdagangan di sepanjang tempat yang mereka lalui, sehingga banyak pedagang akhirnya menghindari monopoli rempah.
Monopoli tersebut dilakukan bangsa Arab dan Venesia, memaksa orang Eropa untuk menemukan rute perdagangan baru di timur.
Colombus berlayar melalui Samudera Atlantik mencari jalan melewati India. Sementara Vasco da Gama mengitari Tanjung Harapan pada 1497, anak buahnya menyerang lewat pantai Kerala dan meneriakkan, ‘Untuk Kristus dan rempah!’
Baca Juga: Lempuyang, Rempah Cantik yang Kaya Manfaat, Pernah Melihatnya?
Afonso de Albuquerque, jenius militer bangsa Portugis pun masuk ke Malaka dan Banda pada 1511.
Benteng yang ia bangun di sana kemudian mengkonsolidasikan monopoli bangsa Portugis terhadap jalur perdagangan pala di dunia yang bertahan hingga satu abad lamanya.
Perebutan Antarbangsa
Pala jadi rempah yang sangat diperebutkan oleh banyak bangsa. Dutch East India Company (VOC) berhasil menguasai Banda pada awal 1600-an.
Mereka pun memperalat masyarakat asli Banda. Run, pulau paling kecil di Banda jadi salah satu korban dalam perebutan pala.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari pameran bertajuk “Banda, Warisan untuk Indonesia”, pada tahun 1605 Belanda datang untuk menyingkirkan Portugis setelah mereka berhasil menaklukan Ambon.
VOC membuat perjanjian dengan warga Banda yang mengharuskan mereka untuk menjual pala dan bunga pala hanya kepada VOC.
Namun, warga Banda saat itu tetap menjual hasil bumi mereka pada pedagang dari Jawa, Makassar, dan Inggris yang membuat ketegangan memuncak.
Pada 1609, Admiral Verhoeff dari Belanda harus meregang nyawa saat negosiasi dengan warga Banda.
Namun Inggris pun datang untuk mendirikan koloni di pulau-pulau terpencil yaitu Pulau Run dan Ay pada 1616.
Karena kedatangan Inggris ini, VOC merasa terancam karena merasa Inggris datang untuk merebut kekuasaan dan memonopoli perdagangan pala di Banda.
Belanda memaksakan monopoli mereka terhadap pala dengan cara yang brutal. Mereka melarang ekspor pohon pala.
Baca Juga: Nikmatnya Mencicipi Sate Maranggi dengan Aroma Rempah-Rempah yang Khas
Mereka juga membasahi setiap pala menggunakan jeruk nipis sebelum dikirimkan untuk menjadikannya tidak subur.
Lukisan raksasa yang menceritakan pembantaian orang-orang terpandang di Banda tahun 1621 yang terpasang di Rumah Budaya Banda Neira, Maluku.
Selain itu, hukuman mati juga menanti mereka yang dicurigai mencuri, menumbuhkan, atau menjual pala di tempat lain.
Sekitar 5 tahun dari kedatangan Inggris, VOC berhasil menguasai Banda dengan cara mengirim pasukan sebanyak 2000 tentara yang menyebabkan ribuan warga Banda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.
Penduduk Banda pun berkurang hingga tersisa 1000 jiwa. Berkurangnya populasi ini jadi kesempatan bagi VOC untuk kemudian memperbudak warga Banda yang tersisa.
Mereka berhasil mempertahankan monopoli pala ini dengan cara kekerasan dan kerahasiaan tingkat tinggi.
Mereka tidak pernah memberi tahu pada para penjual yang mengambil pala dari mereka di mana lokasi Banda.
Hingga pada 1769, seseorang bernama Pierre Poivre, seorang ahli hortikultura asal Perancis datang ke Banda. Ia menyelundupkan pala dan pohon pala tepat di bawah hidung Belanda.
Perancis pun berhasil menanam biji pala di koloni mereka di Mauritius. Monopoli Belanda perlahan hancur.
Sementara itu di Banda, Inggris belum menyerah. Mereka kembali ke Banda pada 1796-1800 ketika VOC sudah di ambang kehancuran.
Setelah VOC akhirnya bubar di akhir abad ke-18, pemerintah Belanda yang mengambil alih.
Inggris tak kunjung berhasil menguasai Banda. Mereka masih terus berusaha untuk menguasai Banda pada 1810-1817.
Pada saat itu, cara yang Inggris tempuh untuk menghancurkan monopoli Belanda adalah dengan memperkenalkan pala ke daerah jajahan mereka lain di Asia, salah satunya adalah Penang.
Monopoli perdagangan pala dan bunga pala pun akhirnya berakhir pada tahun 1860 bersamaan dengan dihapuskannya perbudakan di seluruh Hindia Belanda.
Pala dalam Makanan
Dalam sejarah, bunga pala lebih umum digunakan sebagai bahan masakan. Bunga pala biasanya punya harga lebih murah daripada pala karena dianggap lebih tajam rasanya. Maka itu, lebih mudah dijual dalam jumlah sedikit.
Pada abad ke-16 dan 17, orang-orang Perancis akan membawa parutan pala ke pesta makan malam dan memarut biji pala untuk makanan yang akan mereka nikmati.
Namun selera orang-orang Perancis terhadap pala dalam abad-abad berikutnya akan menurun dan sekarang dalam kuliner Perancis, pala biasa digunakan hanya untuk saus dasar putih seperti bechamel.
Orang-orang Belanda yang paling lama mengenal pala jadi yang paling banyak mencampurkannya pada makanan mereka.
Baca Juga: Banyak Dicari Penjajah Eropa, Mengapa Rempah-rempah Penting?
Pala juga populer di Quebec, provinsi di Kanada yang punya budaya gastronomi yang baik.
Rempah ini juga populer di daerah-daerah yang punya pengaruh dari Moor. Di Inggris, pala jadi penting bagi makanan berempah khususnya saat Natal. Mulai dari tar kustar hingga puding Inggris yang terkenal.
Biasanya pala digabungkan dengan penggunaan kayu manis. Seringkali ada juga orang-orang yang mencampurkan sedikit pala sebagai topping untuk minuman cokelat panas dan cappuccino mereka.
(Penulis: Syifa Khairunisa)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR