Bukti penggunaan perahu di Nusantara juga ditemukan pada relief atau pahatan dinding di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Dalam salah satu relief Candi Borobudur, terdapat sebuah perahu yang memiliki layar dan cadik (kayu pengatur keseimbangan perahu). Kemudian di atasnya digambarkan orang-orang yang bertugas mendayung perahu.
Bukti lainnya, ada temuan bangkai perahu tradisional di situs Punjulharjo, Rembang. Perahu ini masih bisa bertahan dari pelapukan meskipun terbuat dari kayu.
Diperkirakan, perahu yang ada di Rembang ini asalnya dari abad ke 7-8 Masehi dan jadi satu-satunya temuan perahu kayu di Asia Tenggara yang masih utuh.
Di beberapa daerah lain di Indonesia, perahu tidak hanya dimanfaatkan sebagai alat transportasi, lo. Misalnya, perahu digunakan sebagai peti mati dan diletakkan di gua atau ceruk yang memiliki gambar cadas perahu di dinding gua.
Perbedaan Kapal Tradisional dan Modern
Kapal tradisional biasanya terbuat dari bahan kayu dan digerakkan dengan tenaga manusia atau tenaga angin.
Sementara, kapal modern ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari logam. Kapal modern digerakkan menggunakan turbin dengan bantuan tenaga uap.
Untuk ukuran kapal, kapal tradisional biasanya lebih kecil dibandingkan kapal modern.
Baca Juga: Inilah Keistimewaan Perahu Kora-Kora Bagi Masyarakat Maluku
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR